Namun, Solskjaer telah melihat trio tim tersebut mengganti pelatih mereka sejak ia datang.
Para suporter Solskjaer akan menggali fakta bahwa di balik semua kesulitan ini, catatan 100 laga sang pelatih serupa dengan Juergen Klopp di Liverpool.
Sebagai perbandingan, Klopp membawa Liverpool finish kedelapan (Liverpool peringkat ke-10 saat Klopp mengambil alih), peringkat keempat, keempat, kedua, dan menjadi juara musim lalu.
Jika kalah dari Everton pada akhir pekan ini, Ole akan menderita jumlah kekalahan sama di Liga Inggris seperti Mourinho (17) dengan jumlah laga jauh lebih sedikit (65 berbanding 93).
Mourinho dipecat walau hanya kalah dalam dua dari 10 laga liga terakhirnya, itu pun saat menghadapi Man City dan Liverpool dengan skor sama 1-3.
Sementara, Solskjaer kalah tiga kali dari 10 laga terakhir. Akan tetapi, ketiga kekalahan tersebut datang dengan catatan minor masing-masing.
Hasil 1-3 kontra Crystal Palace merupakan kekalahan pertama Man United pada laga pembuka musim di Old Trafford sejak 2014-2015.
Kekalahan 1-6 kontra Tottenham mencolok karena jumlah gol dan kerentanan klub secara keseluruhan.
Terkini adalah hasil 0-1 lawan Arsenal, pertama kali The Gunners menang di Old Trafford dalam 14 tahun.
Baca juga: Scholes soal Bek Man United untuk Gol Demba Ba: Seperti Sepak Bola U10
"Pada titik apa, dua tahun setelah Solskjaer datang sebagai opsi interim, bisa kita simpulkan kalau kita tidak tertarik dengan dirinya?" tulis Daniel Storey di Football365.
Betul bahwa Solskjaer dianggap layak mendapatkan kontrak permanennya.
Bagaimana tidak, ia mencatatkan 14 kemenangan dari hanya 17 laga sebagai pelatih interim termasuk kemenangan tandang 3-1 atas PSG.
Namun, tren meroket itu turun ke level medioker semenjak ia dikasih kontrak permanen.
Solskjaer hanya memenangi 22 dari 52 laga sejak ia ditunjuk sebagai pelatih penuh waktu Setan Merah.
Sangat diragukan bahwa persentase kemenangan seperti ini yang dicari Manchester United saat memodali manajer mereka dengan rataan fee per pemain mencapai 32,5 juta pound di bursa transfer.
Hal ini akan membawa kita ke rekrutmen pemain, di mana banyak pihak akan setuju Man United menumpuk terlalu banyak pemain di satu posisi (tengah lapangan) tanpa memerhatikan kebutuhan di sektor lain.
Hal ini tentu bukan salah Solskjaer sepenuhnya, melainkan keseluruhan tatanan klub dan struktur rekrutmen mereka.
Kelemahan di lini belakang menjadi sorotan apalagi setelah kubu Setan Merah tampak tak terlalu menaruh perhatian khusus di sektor tersebut sepanjang musim panas.
Baca juga: Man United Tumbang di Istanbul, Gini Doang Nih Grup Neraka Trending
Man United terlihat lebih gatal mendatangkan Jadon Sancho dan pendekatan mereka ke Sergio Reguillon dari Real Madrid pun diakui "tak sejauh itu."
"Kita bisa membicarakan Sancho sebanyak mungkin. Namun, Manchester United tak bakal bisa memenangi liga sebelum mendapatkan bek tengah yang bisa lari dan bertahan 1-vs-1," tutur Gary Neville seusai laga pembuka musim kontra Crystal Palace.
"Mereka tak akan memenangi Liga Inggris dengan pasangan bek tengah itu," ujarnya lagi mengacu ke Victor Lindelof dan Harry Maguire.