Jangan lupa, Man United juga memperpanjang kontrak Phil Jones pada Februari 2019 hanya untuk tidak memasukkannya ke daftar skuad Premier League musim ini.
Man United hanya mencatatkan satu clean sheet musim ini dan kebobolan 13 gol. Jumlah ini sama buruknya dengan tim promosi Leeds United dan Newcastle United, yang dilatih oleh mantan bek mereka, Steve Bruce.
Baca juga: Manchester United Dekati Pochettino, Van Persie Bela Solskjaer
Padahal, metrik xGC (xG conceded atau seberapa besar tim tersebut diprediksi kebobolan berbanding kualitas peluang yang didapat lawan) adalah 9,83 gol.
Artinya, Man United kebobolan 3,17 gol lebih banyak ketimbang yang diharapkan.
Secara ancaman ke gawang, Man United tergolong masuk ke papan tengah-bawah Liga Inggris.
Hampir semua metrik menyerang mereka di luar 10 tim terbaik Premier League sekarang.
Ini mencakup jumlah 9 gol dari 6 laga (peringkat ke-12), tembakan ke gawang (peringkat ke-13), tembakan on target (peringkat ke-12), menit per penciptaan peluang (peringkat ke-16), dan persentase konversi gol (peringkat ke-13).
Hal ini bisa menjadi imbas dari dilema lini tengah Manchester United di mana Solskjaer punya kelebihan stok di lini tengah.
Formasi 4-4-2 berlian yang ia coba terakhir masih jauh dari konsisten dengan Setan Merah menang 5-0 atas RB Leipzig pada medio pekan dan kalah 0-1 kontra Arsenal akhir pekan lalu.
"Ole terpaksa memainkan sistem berlian. Saya pikir ada elemen yang membuatnya berpikir bahwa empat pemain dalam diamond akan bekerja setelah kemenangan pada medio pekan," tutur Gary Neville sesuai hasil kontra Arsenal.
"Mengubah sistem, pemain - memiliki banyak personel di satu posisi dan tidak untuk lainnya - adalah masalah besar," ujarnya.
"Solskjaer bukan salah satu pelatih terbaik di dunia. Namun, ia juga pernah menorehkan kemenangan fantastis walau mengalami beberapa bencana di lapangan," tulis Jonathan Liew dari Guardian.
"Ia punya skuad bengkak yang tak imbang serta pramusim hampir nihil."
"Ia bukanlah seorang jenius atau orang bodoh. Ia hanyalah pelatih menyerang kompeten dengan indera kuat untuk misi dan identitas klub," tuturnya.
"Mungkin, tamparan komedi sesekali ini merupakan harga yang harus dibayar."
Hanya sekadar "kompeten" dan "medioker" mungkin tidak cocok dengan apa yang Manchester United inginkan sebagai institusi dengan reputasi bergelimang trofi di era Premier League seperti mereka.
Apa yang akan Manchester United lakukan sekarang, baik itu bertahan dengan Solskjaer atau (seperti rumor yang ramai beredar) beralih ke Mauricio Pochettino akan memerlukan waktu tambahan.
Solskjaer tampak belum akan membenahi performa yo-yo Setan Merah sampai sekarang.
Sementara, opsi kedua akan membuat tekanan lebih besar ke finansial klub mengingat mereka harus membayar kompensasi untuk memutus hubungan kerja Solskjaer dan para staff, serta mendatangkan pemain-pemain baru pilihan Pochettino.
Langkah berikut petinggi Setan Merah akan menunjukkan di mana ambisi mereka sebagai klub.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.