MALANG, KOMPAS.com - Winger Arema FC, Dendi Santoso, baru saja merayakan hari jadi satu tahun sekolah sepak bolanya pada Minggu (25/9/2022) kemarin. Selama satu tahun ini, dia merintis sekolah sepak bola sambil membagi waktu sebagai pesepak bola profesional.
Sekolah sepak bola yang bernama Dendi Santoso Soccer School tersebut dirintis saat sepak bola baru bangkit dari pandemi, tepatnya setelah pramusim Piala Menpora 2021, April 2021.
Kala itu, pemain yang lekat dengan nomor 41 tersebut mengambil kursus kepelatihan C AFC bulan Januari 2021. Dari kursus kepelatihan tersebut, ia kemudian terinspirasi untuk mengembangkan potensi sepak bola Malang dengan membangun sekolah sepak bola sendiri.
Di awal, dia menyasar level grassroot usia 9-12 tahun. Menariknya jumlah siswa angkatan pertama dibatasi 41 orang saja.
Baca juga: 8 Poin Hasil Rakor Aremania Jelang Derbi Jatim Arema FC Vs Persebaya: Wajib Menang!
Namun, belum genap lima bulan berjalan, Dendi Santoso harus meninggalkan sekolah sepak bolanya karena Liga 1 2021-2022 bergulir mulai 27 Agustus 2021. Ia tidak tidak punya pilihan kompetisi berjalan dengan semi bubble.
Seluruh proses belajar mengajar ia serahkan kepada tim yang sudah dibentuk. Namun, ia tetap melakukan pemantauan berkala dengan memanfaatkan teknologi komunikasi. Hal itu dilakukan karena tidak ingin melewatkan perkembangan anak didiknya.
"Cara mengurusnya kami dengan komunikasi. Setiap 1 bulan sekali mengadakan meeting dengan tim, jadi tahu perkembangannya," ujar pemain yang mengabdikan seluruh kariernya di Arema itu.
"Saat saya tour masih mengetahui progres karena ada setiap latihan ada go pro (action camera) saya pasang biar tahu di lapangan," katanya.
Baca juga: Revolusi Arema FC, Dua Hal yang Tak Luput dari Javier Roca
Metode yang sama terus gunakan untuk memantau perkembangan SSB-nya hingga saat ini, khususnya saat away. Namun saat berada di Malang ia selalu menyempatkan diri untuk melakukan pemantauan langsung.
Pemain kelahiran 16 Mei 1990 itu mengaku sangat menikmati kesibukan barunya ini. Ia tak merasa terbebani meskipun harus membagi tenaga dan pikirannya antara kewajiban bersama Arema FC dan kewajibannya sebagai pendidik.
Ia justru mengakui dua kesibukan ini saling melengkapi satu sama lain yang menyempurnakan kehidupannya.
"Kita bicara itu memang pusing, tetapi salah satu obat kepusingan saya di Arema ya melihat anak-anak ini," kata pemain asli Malang ini.
"Karena passion saya di sepak bola, ya sepak bola. Pusingnya tidak seberapa, pusing kalau kita kuliah atau mikir matematika atau fisika," imbuhnya.
Sekolah sepak bolanya yang dirintis juga menjadi gerbang mewujudkan impian untuk menelurkan generasi sepak bola selanjutnya.
Semakin ia sering berinteraksi dalam kegiatan tersebut semakin wawasannya terbuka mengenai membangun pemain potensial.
Baca juga: Pemanggilan M Rafli ke Timnas Dipertanyakan, Arema FC Beri Pembelaan