Di Eropa, broadcast dan commercial tercatat menjadi sumber pemasukan terbanyak klub. Sementara matchday memberikan kontribusi sebesar 15 hingga 20 persen bagi pemasukan klub.
Melalui data di atas, bisa disimpulkan bahwa memang sudah seharusnya Persib, atau klub lain di Indonesia juga mencoba untuk mengeksploitasi sumber pendapatan mereka di luar penjualan tiket pertandingan. Terlebih, dalam masa pandemi virus corona saat ini.
Hal tersebut juga diamini oleh Helmy Yahya, pebisnis dan mantan Dirut TVRI. Menurut Helmy, Indonesia bisa belajar dari Liga Inggris terkait pengembangan pendapatan melalui hak siar.
Dikatakan Helmy, belasan tahun lalu, TV rate Liga Inggris di bawah Liga Italia. Bagi tim-tim Liga Inggris, hak siar merupakan sumber pendapatan terbesar mereka.
"Namun kini, rating Liga Inggris sama dengan gabungan Liga Spanyol, Italia, Perancis, dan (Liga) Champions. Kenapa jadi mahal dan banyak ditonton? Pemain dan pelatih terbaik ada di sana, mampu bayar, karena penghasilannya tertinggi di dunia nomor 4," tutur Helmy.
Direktur Utama PT LIB, Akhmad Hadian Lukita mengatakan, Indonesia juga memiliki potensi untuk mengembangkan pendapatan dari hak siar atau commercial. Menurutnya, sebuah riset menyatakan, potensi liga setiap tahun mencapai Rp 1,3 triliun. Ia memprediksi angkanya lebih dari itu.
"Industri bola seperti gunung es, yang muncul masih sedikit. Seperti Persib, Persija, Arema, Persebaya. Mereka memiliki brand equity seperti digital media equity, sponsor equity, customer (fans) equity," future Akhmad Lukita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.