Keduanya adalah pemain yang sangat disiplin dalam menjalankan latihan. Tidak pernah merepotkan pelatih ataupun asisten pelatih.
Baca juga: Ketika Ahsan/Hendra dkk Diundang Makan Malam oleh Duta Besar
Mereka selalu tunduk dengan aturan main dan pola latihan yang disiapkan. Mereka bukan tipe pemain yang tiba masa hilang akal.
Semuanya dilalui dengan kelapangan dada. Tak pernah beriak. Tak pernah mogok, apalagi mengancam.
Sebagai pemain dengan rentang pengalaman yang begitu panjang, teknik permainan Hendra/Ahsan, tak perlu lagi diragukan.
Teknik menghentikan laju bola secara dadakan, Hendra adalah "dewa".
Pers dunia menjulukinya sebagai "The Silent Killer". Sementara gelegar smes Ahsan dari belakang hingga kini masih terbilang the best and the hardest one.
Di atas segalanya, kedigdayaan Ahsan/Hendra dalam dunia tepuk bulu adalah kompas bagi para atlet lainnya. Mereka tidak pernah menyerah walau tergerogoti usia.
Saya pun teringat film termasyhur di Tanah Air, Laskar Pelangi.Tatkala SD Muhammadiyah Gantong sudah lapuk dimakan usia, murid tinggal 10 orang.
Baca juga: Harapan Ahsan/Hendra dan Susy Susanti soal Pemindahan Ibu Kota
Pak Arfan (Ikranegara), sang kepala sekolah yang sedang memperbaiki kursi-kursi muridnya yang telah patah dan reot, didatangi oleh donatur alakadarnya, Pak Zulkarnaen (Slamet Raharjo).
"Sudahlah Arfan, sekolahmu ini tutup saja. Sudah tua dan orang tidak berminat lagi," kata Pak Zul.
"Sekolah ini harus dijaga terus, bukan ditutup, meski sudah tua. Sekolah ini selalu memberi, bukan selalu menerima," kata Pak Irfan.
Dalam usia yang tak muda lagi, Hendra/Ahsan masih saja selalu memberi. Mereka memberi arti dan harga diri buat bangsa ini.
Selamat dan terima kasih, The Daddies...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.