Kekesalan Ibra pun merembet ke megabintang Barcelona, Lionel Messi.
"Messi mulai membicarakan sesuatu," tulis Ibra dalam autobiografinya yang diluncurkan pada 2011, I Am Zlatan.
Ibra menceritakan lebih lanjut.
"Lionel Messi benar-benar menakjubkan. Dia bergabung dengan Barca ketika berusia 13 tahun dan dibesarkan dalam budaya klub. Akan tetapi, sekarang saya ada di sana dan mencetak lebih banyak gol dari dia," ujar Ibra.
"Dia mendatangi Guardiola dan mengatakan, 'Saya tidak ingin berada di sayap kanan lagi, saya ingin bermain di tengah'. Saya adalah striker. Namun, Guardiola tidak peduli dan mengubah formasi," tutur Ibra.
Ibra berharap Pep menyadari bahwa dia telah mencetak banyak gol untuk Barca dan juga tampil dengan mengagumkan. Pada akhirnya, inti dari perpecahan hubungan antara Pep dan Ibra adalah ego.
Ibra mengaku Pep berhenti berbicara kepadanya. "Dia adalah tembok, tembok bata. Saya merasa seperti sampah ketika duduk di ruang ganti dan Guardiola menatap saya."
Emosi Ibra meledak setelah pertandingan di Villarreal. Dia menendang sebuah kotak, setelah hanya dimainkan dalam lima menit terakhir sebagai pemain pengganti. Ibra mengingat dengan jelas Pep tidak mengatakan apa-apa terkait hal tersebut.
"Ketika Anda membeli pemain seharga 70 juta euro, Anda tentu tidak membeli dia untuk menyaksikan burung di pepohonan," ujar Ibra.
Menurut Ibra, apa yang ada di pikiran Pep hanya sepak bola dan menurut dia sikap tersebut berbeda dengan Jose Mourinho, yang pernah membesutnya di Inter Milan (2008-2009).
"Masalah saya di Barcelona hanya dengan satu orang dan dia adalah sang filsuf," ucap Zlatan menjuluki Pep.
"Bersama Mourinho saya bisa saja pergi dan membunuh untuknya. Itu berkat motivasi yang dia berikan. Sementara dengan sosok yang satunya (Pep) semua tentang sepak bola dan sepak bola," ujar Ibra.