"Mewakili melalui visual jurnalistik foto tunggal yang dikemas dengan gaya potret, mengingatkan kembali bahwa kejadian ini jangan pernah terjadi lagi kepada suporter di pertandingan sepak bola Indonesia, di mana penggunaan gas air mata oleh aparat dilarang keras di dalam lapangan! Cukup Kanjuruhan," tutur Guslan Gumilang.
Hal senada juga diungkapkan peraih penghargaan Foto Esai Terbaik Kategori Spot News, Hayu Yudha Prabowo.
Baca juga: Liga 1 Akan Tuntas, Renovasi Stadion Kanjuruhan Tak Kunjung Jelas
Karyanya yang berjudul "Tragedi Kelam Sepak Bola Indonesia" terdiri dari 10 foto dokumentasi pada malam kejadian tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.
Melalui foto-foto tersebut ia ingin merawat ingatan masyarakat, bahwa pernah terjadi tragedi terkelam dalam sejarah olahraga Indonesia yang menewaskan 135 korban jiwa.
"Saya berharap foto-foto saya tentang tragedi ini menjadi pengingat sejarah kelam sepak bola Indonesia, bahwa ada ratusan orang meninggal dunia akibat peristiwa itu," ujar Hayu Yudha.
"Pengingat bahwa banyak yang perlu dibenahi dari sepak bola Indonesia, mulai penyelenggara pertandingan, suporter, pengamanan dan lain-lain, agar peristiwa itu tidak terjadi lagi," katanya berharap.
Sementara itu, peraih penghargaan Foto Esai Terbaik Kategori People in the News, Arief Priyono, mengatakan ada perjuangan korban dalam karyanya.
"Karya foto tersebut hanya salah satu cara saya untuk ikut terlibat pada upaya advokasi korban untuk mendapatkan keadilan atas kejadian tragedi Kanjuruhan," ucapnya.
Baca juga: 6 Bulan Berlalu, Tragedi Kanjuruhan Hilang Tertiup Angin
Karya bertajuk "Duka Bola dan Air Mata Aremania" merupakan potret dampak tragedi Kanjuruhan. Foto itu merekam korban luka, kesedihan keluarga korban, dan perjuangan Aremania dalam menuntut keadilan.
Arief Priyono ingin menyampaikan opini dalam bentuk narasi visual untuk membangun kesadaran masyarakat dan para pemangku kepentingan, bahwa tragedi Kanjuruhan masih terus mencari keadilan.
"Tugas kami sebagai pewarta foto memang dibatasi hanya sampai foto kami terpublikasi, selebihnya negara yang memiliki domain, apakah para korban bisa mendapatkan keadilan yang sesungguhnya atau tidak," tuturnya menutup.
Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga derbi Jawa Timur antara Arema FC vs Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) lalu.
Tragedi tersebut mengakibatkan 135 orang meninggal dunia dan 500 orang mengalami luka-luka.
Malam kelam di Kanjuruhan menarik atensi dunia karena banyak menelan korban dan menjadi tragedi terburuk kedua dalam sejarah sepak bola dunia, setelah tragedi Estadio Nacional, Peru, (1964) yang menewaskan 318 jiwa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.