Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tragedi Kanjuruhan Jadi Sorotan dalam Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2023

APFI 2023 diikuti sebanyak 300 pewarta foto dengan total karya sebanyak 2.512 foto. Foto-foto penerima Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) dapat dinikmati di ruang bawah tanah Alun-alun Surabaya, Jawa Timur dari 12 Mei hingga 18 Mei 2023.

Tragedi Kanjuruhan menjadi salah satu pusat perhatian di ajang Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) 2023.

Foto bertema tragedi Kanjuruhan memenangkan tiga dari total 13 kategori penghargaan.

Foto seputar tragedi Kanjuruhan karya Guslan Gumilang (Jawa Pos) berjudul "Korban Gas Air Mata" meraih penghargaan Photo of The Year 2023 dan Foto Tunggal Terbaik Kategori General News.

Kemudian, penghargaan Foto Esai Terbaik Kategori Spot News dimenangi Hayu Yuda Prabowo (Kliktimes.com) dengan karya berjudul "Tragedi Kelam Sepak Bola Indonesia".

Penghargaan Foto Esai Terbaik Kategori People in the News jatuh kepada Arief Priyono (Project Multatuli) dengan karya berjudul "Duka Bola dan Air Mata Aremania".

Mast Irham selaku Ketua Juri APFI 2023 mengungkapkan ada beberapa alasan khusus, mengapa karya-karya bertema tragedi Kanjuruhan mendapatkan perhatian.

"Walaupun dewan juri punya pilihan foto yang berbeda-beda (banyak debatnya) tapi untuk soal Kanjuruhan kami justru sepakat untuk mengangkatnya, sebagai bisa dikatakan isu utama dalam APFI kali ini," ucap pria berkacamata itu kepada Kompas.com.

"Selain memang berita tragedi Kanjuruhan mendominasi pemberitaan tahun 2022 hingga menjadi atensi dunia internasional, kami juga menganggap perlu menggabungkan lagi kasus ini, supaya penyelesaiannya bisa dirasa adil untuk para korban."

"Sekaligus merawat ingatan publik tadi, sehingga tragedi memilukan tidak kembali terjadi," ujarnya lagi.

Sementara itu Guslan Gumilang peraih penghargaan Photo of The Year 2023 dan Foto Tunggal Terbaik Kategori General News, mengungkapkan karyanya tersebut didedikasikan kepada korban dan suporter sepak bola di Indonesia.

Melalui foto tersebut, ia ingin menangkap luka, duka, dan amarah dari korban gas air mata tragedi Kanjuruhan.

"Tatapan mata merahnya menusuk hati bagi yang melihat foto tersebut. Ikut merasakan apa yang dirasakan sang korban. Mengerikan," ujarnya.

Ia pun berharap karyanya bisa menjadi bahan renungan dan pengingat tragedi terkelam dalam sejarah persepakbolaan Indonesia itu.

"Mewakili melalui visual jurnalistik foto tunggal yang dikemas dengan gaya potret, mengingatkan kembali bahwa kejadian ini jangan pernah terjadi lagi kepada suporter di pertandingan sepak bola Indonesia, di mana penggunaan gas air mata oleh aparat dilarang keras di dalam lapangan! Cukup Kanjuruhan," tutur Guslan Gumilang.

Hal senada juga diungkapkan peraih penghargaan Foto Esai Terbaik Kategori Spot News, Hayu Yudha Prabowo.

Karyanya yang berjudul "Tragedi Kelam Sepak Bola Indonesia" terdiri dari 10 foto dokumentasi pada malam kejadian tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.

Melalui foto-foto tersebut ia ingin merawat ingatan masyarakat, bahwa pernah terjadi tragedi terkelam dalam sejarah olahraga Indonesia yang menewaskan 135 korban jiwa.

"Saya berharap foto-foto saya tentang tragedi ini menjadi pengingat sejarah kelam sepak bola Indonesia, bahwa ada ratusan orang meninggal dunia akibat peristiwa itu," ujar Hayu Yudha.

"Pengingat bahwa banyak yang perlu dibenahi dari sepak bola Indonesia, mulai penyelenggara pertandingan, suporter, pengamanan dan lain-lain, agar peristiwa itu tidak terjadi lagi," katanya berharap.

Sementara itu, peraih penghargaan Foto Esai Terbaik Kategori People in the News, Arief Priyono, mengatakan ada perjuangan korban dalam karyanya.

"Karya foto tersebut hanya salah satu cara saya untuk ikut terlibat pada upaya advokasi korban untuk mendapatkan keadilan atas kejadian tragedi Kanjuruhan," ucapnya.

Karya bertajuk "Duka Bola dan Air Mata Aremania" merupakan potret dampak tragedi Kanjuruhan. Foto itu merekam korban luka, kesedihan keluarga korban, dan perjuangan Aremania dalam menuntut keadilan.

Arief Priyono ingin menyampaikan opini dalam bentuk narasi visual untuk membangun kesadaran masyarakat dan para pemangku kepentingan, bahwa tragedi Kanjuruhan masih terus mencari keadilan.

"Tugas kami sebagai pewarta foto memang dibatasi hanya sampai foto kami terpublikasi, selebihnya negara yang memiliki domain, apakah para korban bisa mendapatkan keadilan yang sesungguhnya atau tidak," tuturnya menutup.

Tragedi Kanjuruhan terjadi usai laga derbi Jawa Timur antara Arema FC vs Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 di Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) lalu.

Tragedi tersebut mengakibatkan 135 orang meninggal dunia dan 500 orang mengalami luka-luka.

Malam kelam di Kanjuruhan menarik atensi dunia karena banyak menelan korban dan menjadi tragedi terburuk kedua dalam sejarah sepak bola dunia, setelah tragedi Estadio Nacional, Peru, (1964) yang menewaskan 318 jiwa.

https://bola.kompas.com/read/2023/05/14/23000078/tragedi-kanjuruhan-jadi-sorotan-dalam-anugerah-pewarta-foto-indonesia-2023

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke