Karena itu, De Laurentiis tak lupa memberi kredit bagi mereka yang pernah berjuang dengan kostum biru Napoli.
Menurut De Laurentiis, figur seperti Edinson Cavani, Marek Hamsik, Gonzalo Higuain, sampai Dries Mertens bukanlah barisan pesepak bola gagal yang tak bisa mengantar Napoli kepada raihan scudetto.
Sebaliknya, mereka inilah yang meretas jalan menuju ke sana, jalan yang kemudian dilewati oleh Napoli asuhan Luciano Spalletti.
De Laurentiis sama sekali tak menyimpan penyesalan mengingat kejadian pada 2017-2018 di mana Napoli mampu mencetak 91 poin tapi tetap gagal menyabet scuetto.
“(Edinson) Cavani, (Ezequiel) Lavezzi, (Fabio) Quagliarella, (Gonzalo) Higuain. Saya pikir kami membangun scudetto selama bertahun-tahun. Je ne regrette rien (saya sama sekali tak menyesal), kata orang Perancis,” tutur De Laurentiis.
Baca juga: Napoli Menuju Juara Liga Italia: Maradona dan Makna Menyentuh Dua Bendera
Pelatih Napoli, Luciano Spalletti, yang mencatat rekor sebagai peracik taktik tertua yang pernah memenangi Serie A, tak lupa menyorot loyalitas fan dan peran sang legenda, Diego Maradona.
“Mungkin itu membuat saya lebih rileks sekarang, kami bisa memberikan mereka sukacita itu. Suporter telah melihat pelatih hebat datang dan pergi. Mereka melihat Diego Armando Maradona bermain dan mungkin perlindungannya juga dirasakan dalam kesuksesan ini,” ujar Spalletti yang kini berusia 64 tahun.
Seperti kata De Laurentiis dan Spalletti, banyak elemen yang berperan dalam kesuksesan Napoli.
Gelar juara Liga Italia 2022-2023 adalah milik semua yang pernah jadi bagian Partenopei. Scudetto Napoli memang bukan hanya tentang Khvicha Kvaratskhelia, Victor Osimhen, atau Diego Maradona.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.