Sementara itu, hal serupa juga diutarakan oleh kubu Persipura Jayapura yang kini menjadi salah satu dari sederet peserta Liga 2 2022-2023.
Baca juga: Ungkapan Bahagia Boaz Solossa Setelah Resmi Pulang ke Persipura
Manajer Persipura, Yan Mandenas, meyebut keputusan penghentian kompetisi Liga 2 terkesan terburu-buru.
"Pertama, kami menyayangkan keputusan Exco PSSI yang terkesan terburu-buru. Menurut saya, dasar dari 20 klub ini (yang ingin Liga 2 tidak dilanjutkan) mana saja, harus dirincikan dan disampaikan," kata Yan Mandenas dalam rilis media.
"Kedua, suara klub ini hanya 20 klub yang telah disebutkan tetapi banyak klub juga yang menginginkan kompetisi dilanjutkan untuk menjaga eksistensi di Tanah Air," imbuhnya.
Yan Mandenas berharap ada evaluasi terkait keputusan penghentian Liga 2.
"Mudah-mudahan keputusan ini dievaluasi kembali dan mempetimbangkan suara klub-klub lain. Kami mengharapkan ada win-win solution dari klub-klub yang bernaung di bawah federasi sepak bola Indonesia," tutur Yan Mandenas.
Baca juga: Sikap Persipura Jayapura Setelah Liga 2 2022-2023 Dihentikan
Keputusan penghentian Liga 2 dan Liga 3 yang kemudian berdampak pada peniadaan degradasi di Liga 1 juga memunculkan kekhawatiran.
Jurnalis olahraga senior, Anton Sanjoyo, mengungkapkan kekhawatiran-kekhawatiran itu kepada KOMPAS.com.
Menurut Anton Sanjoyo, keputusan yang diambil dalam rapat Exco itu akan menghilangkan esensi kompetisi.
"Keputusan konyol menurut saya dari Exco PSSI. Apapun alasannya, permintaan anggota-anggota liga atau rekomendasi dari tim reformasi," ujar Anton Sanjoyo kepada KOMPAS.com pada Kamis malam.
"Keputusan ini menghilangkan esensi kompetisi, yakni promosi dan degradasi. Kalau sudah begini, tim-tim Liga 1 akan merasa aman. Tim-tim tiga bawah klasemen yang bermain tidak sepenuh hati pun akan bertahan," ucap mantan jurnalis Harian Kompas dan eks anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) tragedi Kanjuruhan tersebut.
Baca juga: Klasemen Liga 1: Persib Bandung Geser Persija Jakarta
Lalu, Anton Sanjoyo secara blak-blakan mengungkapkan kekhawatiran terkait kemungkinan adanya jual beli pertandingan selepas peniadaan degradasi di Liga 1.
"Hal yang membahayakan adalah kemungkinan jual beli pertandingan," kata Anton Sanjoyo.
"Misalnya, tim-tim yang tadinya sudah pasti turun kasta berhadapan dengan tim yang masih punya kans juara atau runners up, (partai tersebut) bisa diperjualbelikan," ucap Anton Sanjoyo.
"Ini hal paling esensial adanya permainan tidak fair play. Kemungkinan-kemungkinan menjurus kepada ketidak jujuran pertandingan. Esensi kompetisi jadi menghilang." tutur Anton Sanjoyo menegaskan.
Baca juga: Derita Sepak Bola Indonesia: Prestasi Sulit, Liga Tanpa Degradasi Lagi
Selain itu, Anton Sanjoyo juga mengkhawatirkan pembinaan dan peningkatan kualitas kompetisi tanpa adanya promosi dan degradasi.
"Ini yang membuat Indonesia tak akan bisa beranjak maju dari keterpurukan sekarang. Kita tak bisa juara di level ASEAN dan Piala Asia pun masih gelar," kata Anton Sanjoyo.
"Bagaimana kelanjutan pembinaan atau peningkatan kualitas kompetisi tanpa unsur promosi/degradasi. Ini satu pilar yang dihilangkan oleh Exco PSSI," tutur Anton Sanjoyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.