Pada final Liga Champions, Guardiola memutuskan bermain tanpa gelandang bertahan murni.
Guardiola saat itu menerapkan formasi 4-1-4-1 dengan menempatkan Ilkay Guendogan sebagai satu-satunya gelandang jangkar.
Percobaan Guardiola kali ini kembali tidak berbuah hasil. Man City saat itu gagal mengangkat trofi Liga Champion s setelah kalah 0-1 dari Chelsea.
Keputusan Guardiola tidak memainkan gelandang bertahan murni pada final Liga Champions musim lalu sempat menjadi perdebatan.
Banyak kalangan menilai Guardiola telah melakukan kesalahan besar karena tidak memainkan gelandang bertahan murni.
Mantan kapten Manchester United, Rio Ferdinand, hingga pelatih legendaris Italia, Fabio Capello, menjadi dua sosok yang sempat mengritik Guardiola.
Baca juga: Chelsea Vs Man City, Guardiola Kehilangan 2 Palang Pintu Andalan
"Menurut saya, Guardiola melakukan kesalahan dalam starting line up," kata Capello dikutip dari situs Football Italia.
"Guendogan di depan pertahanan tidak bisa bertindak sebagai penyaring di lini tengah. Sedangkan Stones adalah pemain yang tidak bisa bertahan," ujar Capello menambahkan.
Tiga kekalahan beruntun dari Tuchel semakin memperburuk statistik Guardiola saat menghadapi Chelsea.
Sepanjang karier kepelatihannya, Guardiola tercatat sudah 19 kali menghadapi Chelsea di semua kompetisi.
Hasilnya, Guardiola hanya mampu meraih delapan kemenangan, tiga kali imbang, dan menelan 8 kekalahan dari Chelsea.
Statistik itu membuat Chelsea kini berstatus tim yang paling sering mengalahkan Guardiola.
Total 50 persen (4) kekalahan Guardiola dari Chelsea terjadi di Stadion Stamford Bridge.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.