Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Liga Indonesia I, Dominasi Tim Amatir dalam Kepungan Tim Profesional

Kompas.com - 10/07/2020, 19:40 WIB
Kontributor Bola, Septian Nugraha,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dalam pentas sepak bola Indonesia, Persib Bandung dikenal sebagai salah satu kesebelasan yang disegani.

Nama Persib kesohor sebagai salah satu kesebelasan besar di Indonesia. Lebih dari itu, Persib juga menjadi salah satu tim yang berprestasi.

Sejak terbentuk pada 1933 silam, klub berjulukan Maung Bandung sudah meraih tujuh gelar juara dalam kompetisi nasional dengan rincian; lima gelar juara kompetisi Perserikatan (1937, 1959-1961, 1986, 1989-1990, dan 1993-1994), serta dua gelar juara kompetisi Liga Indonesia (1993-1994 dan 2014).

Catatan tersebut menempatkan Persib berada di urutan ketiga dalam daftar kesebelasan pengoleksi gelar juara terbanyak di kompetisi nasional.

Koleksi gelar juara Persib hanya kalah dari Persebaya Surabaya (delapan gelar juara), dan Persija Jakarta (11 gelar juara).

Baca juga: Catat! Ini Jadwal Liga Champions, dari Leg Kedua 16 Besar hingga Final

Dikenal sebagai tim besar dan sarat prestasi, nyatanya tak membuat Persib selalu ditempatkan sebagai tim unggulan dalam perburuan gelar juara kompetisi. Dalam satu masa, Maung Bandung pernah dikecilkan dan dianggap sebelah mata.

Moment tersebut terjadi saat Persib mengarungi kompetisi Liga Indonesia edisi pertama musim 1994-1995.

Berstatus sebagai jawara Perserikatan pada musim sebelumnya, kiprah Persib di Liga Indonesia tidak terlalu diperhitungkan.

Banyak pihak menganggap, Persib akan kesulitan bersaing lantaran tak menggunakan pemain asing. Berbeda dengan tim besar lainnya yang sudah menghiasi skuadnya dengan pemain dari luar negeri.

Prediksi tersebut hampir terbukti benar, terlebih setelah Persib kepayahan dalam kiprah awalnya di kompetisi.

Pada laga perdananya, Persib langsung berhadapan dengan jagoan Galatama, Pelita Jaya. Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Utama Senayan, Jakarta itu, Persib kalah dengan skor  0-1.

Kekalahan tersebut tak membuat motivasi Robby Darwis dan kolega meredup. Sebaliknya, tim asuhan Indra Thohir itu malah semakin termotivasi untuk membuktikan diri.

Dalam laga-laga selanjutnya, Persib menunjukkan performa impresif hingga akhirnya berhasil melaju ke babak delapan besar.

Maung Bandung lolos ke delapan besar dengan status runner-up wilayah barat dengan 69 poin hasil dari 20 kemenangan, sembilan imbang, dan tiga kalah dalam 32 laga yang dilakoni.

Dikepungan tim Galatama

Menariknya, Persib menjadi satu-satunya alumni Perserikatan yang lolos ke babak delapan besar.

Adapun tujuh kesebelasan lainnya seperti Medan Jaya, Bandung Raya, Pelita Jaya, Petrokimia Putra, Pupuk Kaltim, Barito Putra, dan Assyabaab SGS merupakan jebolan kompetisi Galatama.

Dalam situasi tersebut, tidak ada yang menjagokan Persib bisa melaju lebih jauh dalam kiprahnya pada babak delapan besar.

Indra Thohir mengatakan, salah satu faktor yang membuat Persib tak terlalu diperhitungkan karena komposisi skuadnya yang seratus persen pemain lokal dan binaan sendiri.

Sementara tim lain seperti Pelita Jaya, Petrokimia Putra, hingga Barito Putera dihuni pemain asing berkualitas dan para pemain lokal yang sudah punya nama tenar di pentas nasional.

Indra Thohir tak memungkiri situasi tersebut sempat membuat mental pemainnya turun saat akan tampil pada babak delapan besar.

"Itu kami mungkin dianggap sebelah mata oleh tim lainnya, apalagi saat delapan besar itu. Karena hanya kami tim yang tidak menggunakan pemain asing," kata Thohir, kepada penulis, beberapa waktu lalu.

"Pemain juga tidak enak hati, tapi saya kasih motivasi supaya mereka bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dan terbukti, pemain bisa bangkit dan membuktikan diri," sambung pelatih legendaris Persib itu.

Yudi Guntara, pemain Persib saat itu juga mengungkapkan bagaimana "kecilnya" Persib di mata publik sepak bola Indonesia dalam perebutan gelar juara kompetisi.

Senada dengan Thohir, Yudi menyebut, faktor yang membuat Persib tidak terlalu diperhitungkan adalah komposisi pemain yang dianggap kalah kualitas dengan kontestan babak delapan besar Liga Indonesia 1994-1995 lainnya.

"Pada perjalanannya, memang tidak dimungkiri bahwa kami ini dianggap sebelah mata oleh tim-tim lainnya. Wajar, karena hanya kami satu-satunya tim di kompetisi saat itu yang tidak menggunakan pemain asing," ungkap Yudi.

"Berbeda jauh kalau dibandingkan dengan Pelita Jaya yang punya pemain asing top seperti Maboang Kesak. Terus, Petrokimia juga ada Jacksen Tiago," tutur dia.

Meski begitu, Persib bisa membuktikan kualitas mereka. Tergabung di Grup B bersama Petrokimia, Medan Jaya, dan Assyabaab Salim Grup Surabaya (ASGS). Persib menunjukkan performa impresif dengan mencatatkan dua kemenangan dan satu hasil imbang.

Persib pun melenggang ke babak semifinal dengan status juara Grup B. Dalam babak semifinal, Persib bersua Barito Putera. Dengan susah payah, Maung Bandung berhasil mengalahkan Laskar Antasari dengan skor tipis 1-0.

Melenggang ke babak final, Persib kembali berhadapan dengan Petrokimia. Sutiono Lamso dkk berhasil menaklukkan wakil Jawa Timur itu juga dengan skor tipis 1-0.

Menurut Yudi, kunci keberhasilan Persib dalam menjuarai Liga Indonesia edisi pertama adalah kekompakan tim yang sudah terbangun erat. Pada masa itu Persib memang gencar melakukan pembinaan dan regenerasi pemain secara berkala.

Selain itu, Persib juga jarang melakukan perombakan skuad pada setiap musimnya. Dari sana, Persib akhirnya bisa membuat skuad yang kokoh sebagai tulang punggung tim dalam mengarungi kompetisi.

"Kami bisa bersaing di era awal kompetisi karena memang dalam diri kami sendiri itu sudah kompak, jadi kami percaya diri untuk menghadapi persaingan," tegas Yudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Timnas Indonesia
Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Timnas Indonesia
Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Reaksi Media Korsel: 'Magis Shin Tae-yong' dan 'Tragedi di Doha'

Reaksi Media Korsel: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"

Timnas Indonesia
Timnas U23 Indonesia Menangi Adu Penalti, Ernando Ari Pun 'Menari'...

Timnas U23 Indonesia Menangi Adu Penalti, Ernando Ari Pun "Menari"...

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com