Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Liga Indonesia I, Dominasi Tim Amatir dalam Kepungan Tim Profesional

Kompas.com - 10/07/2020, 19:40 WIB
Kontributor Bola, Septian Nugraha,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

Menariknya, Persib menjadi satu-satunya alumni Perserikatan yang lolos ke babak delapan besar.

Adapun tujuh kesebelasan lainnya seperti Medan Jaya, Bandung Raya, Pelita Jaya, Petrokimia Putra, Pupuk Kaltim, Barito Putra, dan Assyabaab SGS merupakan jebolan kompetisi Galatama.

Dalam situasi tersebut, tidak ada yang menjagokan Persib bisa melaju lebih jauh dalam kiprahnya pada babak delapan besar.

Indra Thohir mengatakan, salah satu faktor yang membuat Persib tak terlalu diperhitungkan karena komposisi skuadnya yang seratus persen pemain lokal dan binaan sendiri.

Sementara tim lain seperti Pelita Jaya, Petrokimia Putra, hingga Barito Putera dihuni pemain asing berkualitas dan para pemain lokal yang sudah punya nama tenar di pentas nasional.

Indra Thohir tak memungkiri situasi tersebut sempat membuat mental pemainnya turun saat akan tampil pada babak delapan besar.

"Itu kami mungkin dianggap sebelah mata oleh tim lainnya, apalagi saat delapan besar itu. Karena hanya kami tim yang tidak menggunakan pemain asing," kata Thohir, kepada penulis, beberapa waktu lalu.

"Pemain juga tidak enak hati, tapi saya kasih motivasi supaya mereka bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Dan terbukti, pemain bisa bangkit dan membuktikan diri," sambung pelatih legendaris Persib itu.

Yudi Guntara, pemain Persib saat itu juga mengungkapkan bagaimana "kecilnya" Persib di mata publik sepak bola Indonesia dalam perebutan gelar juara kompetisi.

Senada dengan Thohir, Yudi menyebut, faktor yang membuat Persib tidak terlalu diperhitungkan adalah komposisi pemain yang dianggap kalah kualitas dengan kontestan babak delapan besar Liga Indonesia 1994-1995 lainnya.

"Pada perjalanannya, memang tidak dimungkiri bahwa kami ini dianggap sebelah mata oleh tim-tim lainnya. Wajar, karena hanya kami satu-satunya tim di kompetisi saat itu yang tidak menggunakan pemain asing," ungkap Yudi.

"Berbeda jauh kalau dibandingkan dengan Pelita Jaya yang punya pemain asing top seperti Maboang Kesak. Terus, Petrokimia juga ada Jacksen Tiago," tutur dia.

Meski begitu, Persib bisa membuktikan kualitas mereka. Tergabung di Grup B bersama Petrokimia, Medan Jaya, dan Assyabaab Salim Grup Surabaya (ASGS). Persib menunjukkan performa impresif dengan mencatatkan dua kemenangan dan satu hasil imbang.

Persib pun melenggang ke babak semifinal dengan status juara Grup B. Dalam babak semifinal, Persib bersua Barito Putera. Dengan susah payah, Maung Bandung berhasil mengalahkan Laskar Antasari dengan skor tipis 1-0.

Melenggang ke babak final, Persib kembali berhadapan dengan Petrokimia. Sutiono Lamso dkk berhasil menaklukkan wakil Jawa Timur itu juga dengan skor tipis 1-0.

Menurut Yudi, kunci keberhasilan Persib dalam menjuarai Liga Indonesia edisi pertama adalah kekompakan tim yang sudah terbangun erat. Pada masa itu Persib memang gencar melakukan pembinaan dan regenerasi pemain secara berkala.

Selain itu, Persib juga jarang melakukan perombakan skuad pada setiap musimnya. Dari sana, Persib akhirnya bisa membuat skuad yang kokoh sebagai tulang punggung tim dalam mengarungi kompetisi.

"Kami bisa bersaing di era awal kompetisi karena memang dalam diri kami sendiri itu sudah kompak, jadi kami percaya diri untuk menghadapi persaingan," tegas Yudi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com