Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilarang Menonton Sepak Bola, Seorang Wanita Iran Bunuh Diri

Kompas.com - 14/09/2019, 14:43 WIB
Angga Setiawan,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Para pejabat FIFA akan mengunjungi Iran, menyusul kematian seorang penggemar wanita akibat membakar dirinya. 

Wanita tersebut membakar dirinya sebagai protes atas penangkapannya karena menghadiri pertandingan sepak bola.

Baca juga: Kabar Messi Tak Perpanjang Kontrak di Barca demi Piala Dunia 2022

Sahar Khodayari yang dijuluki sebagai “Blue Girl” karena menjadi penggemar berat tim sepak bola Esteghlal yang identik dengan seragam biru meninggal akibat bunuh diri.

Khodayari meninggal di rumah sakit pada Senin (10/9/2019), setelah melakukan bunuh diri dengan membakar dirinya ketika berada di pengadilan dalam dakwaan atas dirinya yang nekat menonton pertandingan sepak bola dengan menyamar sebagai pria.

Setelah enam bulan menjalani perawatan di rumah sakit, Khodayari akhirnya meninggal.

Di Iran memang terdapat sebuah aturan di mana para perempuan dilarang untuk menonton pertandingan.

Namun hal tersebut tidak berlaku bagi para perempuan berkewarganegaraan asing.

Baca juga: Spanyol Jumpa Argentina di Final Piala Dunia Basket 2019

Hal ini menjadi persoalan yang dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap kaum wanita di Iran.

Setelah kematian Khodayari kemarahan justru makin menyebar luas di Iran termasuk beberapa media internasional yang mendengar berita tersebut.

Bahkan ada ajakan di media sosial agar federasi sepak bola Iran dihukum oleh FIFA.

Beberapa tokoh ternama seperti musisi lokal Arash Sobhani, Kapten Iran Mahsoud Shojaeni, serta Mantan kapten Australia dan aktivis HAM Craig Foster turut menyayangkan diskriminasi kaum wanita yang terjadi di Iran.

Jesper Moller, Presiden Federasi Sepak Bola Denmark, dan anggota panitia kompetisi FIFA, mengatakan bahwa ia mengharapkan tindakan dari badan pengatur.

“FIFA memiliki sistem disiplin independen dan mereka akan melihatnya. Saya akan membiarkan mereka,” ungkap Moller

“Begitu mereka telah memberikan vonis, mungkin saja kasus tersebut berakhir dengan pengadilan olahraga internasional, tapi itu harus dihukum jelas, ”sambung pria, yang juga anggota komite eksekutif UEFA Eropa.

Mendapat kecaman dari dunia internasional, Kepala staf Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan pernyataan hari Rabu lalu.

Baca juga: Rapor Wakil Asia Tenggara di Kualifikasi Piala Dunia 2022

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com