TULISAN ini saya buat pada Minggu, 16 April 2023, sebelum klub sepak bola kebanggaan saya, PSM (Persatuan Sepak Bola Makassar), melakoni laga terakhirnya di Liga 1 untuk musim 2022-2023 di Stadion Gelora BJ Habibie (GBH), Kota Parepare, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Apa pun hasil pertandingan PSM kontra Borneo FC tersebut, tak terbantahkan lagi bahwa PSM akan mengangkat piala juara Liga 1 untuk yang kedua kalinya, setelah kemenangan yang pertama kali pada 23 tahun silam (musim 1999-2000).
Pesta juara PSM tersebut sesungguhnya sudah dipastikan setelah kemenangan 3-1 dalam laga tandang melawan Madura United pada 31 Maret 2023.
Kemenangan PSM sudah pasti akan dirayakan dengan gegap-gempita, baik di Kota Parepare sendiri sebagai homebase PSM pada musim ini maupun di Kota Makassar, yang sejak tahun 1915 menjadi markas PSM.
Namun, kemenangan ini terasa manis-pahit campur-aduk. Manis karena sudah lama didamba-dambakan dan pahit karena terjadi di saat PSM justru tidak memiliki stadion sendiri. Itulah sebabnya, PSM harus bermarkas di Stadion GBH, yang berlokasi sekitar 150 kilometer dari Makassar dan bukan di Stadion Mattoanging (di kemudian hari berubah menjadi Stadion Andi Mattalatta) Makassar, yang telah membesarkannya selama ini.
Baca juga: Kenapa Tidak Ada Hadiah Uang untuk Juara Liga 1 PSM Makassar?
Nasib memprihatinkan yang dialami PSM ini bukan baru pertama kali terjadi. Sebelum pindah ke Parepare pada pertengahan tahun 2022 pasca-pembongkaran Stadion Mattoanging, PSM telah berkali-kali harus menjadikan stadion di luar Makassar, bahkan luar Sulsel, sebagai markasnya. Perpindahan itu terjadi bahkan ketika PSM sedang membawa nama Indonesia di kompetisi klub sepak bola level Asia Tenggara.
Tidak itu saja. Selain dari Pemkot Parepare yang meminjamkan Stadion GBH, PSM juga menerima kebaikan hati Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa yang meminjamkan Stadion Kalegowa, sekitar 15 kilometer dari Makassar, sebagai arena latihannya. Kabar terakhir, Pemkab Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) serta Pemkab Bone juga tertarik meminjamkan stadion di daerah mereka masing-masing untuk PSM.
Konon, hampir semua klub sepak bola di Indonesia tidak memiliki stadion sendiri. Akan tetapi, benarkah PSM tidak punya stadion? Siapa yang seharusnya membangun stadion untuk PSM? Apakah implikasi ketiadaan stadion bagi PSM ini bagi nasib persepakbolaan nasional? Adakah rekomendasi yang dapat diberikan?
Tulisan ini mencoba memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.
Stadion Mattoanging memang telah dirobohkan pada pengujung tahun 2020 atas perintah Gubernur Sulsel ketika itu, Nurdin Abdullah, dalam rangka rencana renovasi total beranggaran lebih dari 1 triliun rupiah. Sayangnya, rencana yang konon hendak memanfaatkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pasca-Covid-19 tersebut buyar karena tiba-tiba sang gubernur mengalami masalah hukum.
Ironisnya, sekitar 10 km dari reruntuhan Stadion Mattoanging, di bibir pantai Makassar, ada arena baru bernama Stadion Barombong. Stadion ini sudah berdiri sejak tahun 2018, di periode kedua jabatan Gubernur Sulsel saat itu, Syahrul Yasin Limpo. Sayangnya, pembangunan stadion ini mangkrak, konon karena kehabisan dana, dan tidak dilanjutkan oleh Nurdin Abdullah, yang lebih memilih membangun kembali Stadion Mattoanging.
Sikap penerusnya, Gubernur Sulsel saat ini, Andi Sudirman Sulaiman, juga tak jauh beda. Padahal, biaya penyelesaian Stadion Barombong disebut-sebut lebih ekonomis dibandingkan merenovasi Stadion Mattoanging secara keseluruhan.
Baca juga: Penjelasan LIB soal Juara Liga 1 PSM Tak Dapat Hadiah Uang
Namun, ada informasi bahwa berdasarkan hasil audit, Stadion Barombong juga tidak layak pakai atau tidak dapat dilanjutkan pembangunannya karena mengandung cacat konstruksi. Ini berarti Makassar sebenarnya memiliki stadion saat ini (yaitu Stadion Barombong) tetapi tidak dapat menggunakannya karena stadion itu mangkrak atau mungkin harus dibangun ulang.
Jawaban atas pertanyaan ini seharusnya didasarkan pada jawaban atas pertanyaan yang lain: Siapa yang paling berkepentingan, berkewajiban, dan memiliki sumber daya untuk membangun stadion bagi PSM?
Dalam konteks PSM saat ini, ada tiga pihak utama yang memenuhi syarat-syarat di atas, yaitu Bosowa Group sebagai pemilik klub, investor swasta (termasuk atau selain Bosowa Group), dan pemerintah pusat dan daerah (khususnya Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel).