Bukan rahasia lagi bahwa Cardinale memiliki kedekatan dengan Billy Beane, figur yang merevolusi dunia bisbol Amerika Serikat lewat pendekatan “Moneyball”.
Kisah sukses Billy Beane bersama tim Oakland Athletics dalam merekrut pemain dengan bujet terbatas dan bersandar pada angka serta data, bahkan sampai diangkat ke layar lebar melalui film “Moneyball” yang dibintangi Brad Pitt pada 2011.
“Saya harus memberi kredit kepada Billy Beane, dia adalah seseorang yang mendidik saya,” kata Cardinale, dikutip dari Football Italia.
“Dia telah berada di sepak bola Eropa selama 20 tahun dan dia bilang bahwa saya tak melihat situasi secara benar. Saya harus mendekati sepak bola Eropa dengan mentalitas Moneyball, yang mengatakan tidak perlu mengorbankan performa di lapangan untuk arus kas klub, atau sebaliknya,” ujar Cardinale.
“Kami menghabiskan lima tahun untuk belajar. Kami bertemu dengan sekitar 200 tim di semua negara. Kami membuat investasi pertama dengan Toulouse, yang sepenuhnya didorong oleh data,” kata Cardinale yang melihat Toulouse menjuarai Piala Perancis 2023, alias cuma setahun setelah kembali promosi ke Ligue 1 pada 2022.
Baca juga: Termasuk Rafael Leao, Bintang-bintang Milan Kecewa Maldini Dipecat
Selain Billy Beane, nama Luke Bornn juga disebut-sebut bakal punya peran penting dalam era Milan pasca-Maldini.
Luke Bornn adalah pemilik Zelus Analytics, perusahaan spesialis data analitik yang punya peran kunci dalam lesatan cepat Toulouse di Perancis.
Bantuan data cukup membuat Milan percaya diri untuk tak merekrut figur baru sebagai pengganti tugas Maldini mengurus lalu lintas transfer.
CEO Milan, Giorgio Furlani, diberitakan bakal mengawasi transfer, negosiasi pemain, dan pembicaraan pembaruan kontrak untuk personel yang menghuni tim saat ini.
Ia akan dibantu oleh Geoffrey Moncada, yang kini menjabat sebagai Kepala Pemandu Bakat. Setelah Maldini pergi, pengaruh Moncada dipercaya akan semakin besar dalam memberikan rekomendasi target transfer.
Milan boleh percaya diri melangkah dengan bekal data dan angka. Namun, intuisi tajam Maldini harus diakui adalah elemen mahal yang pernah membawa Milan kepada kesuksesan.
Penunjukkan Stefano Pioli, perekrutan Zlatan Ibrahimovic, serta pendekatan personal untuk Theo Hernandez adalah sejumlah contoh intuisi tajam Maldini.
“Pioli bukanlah pertaruhan,” kata Maldini pada 2019. Komentar itu tampak bertolak belakang dengan keinginan sang CEO waktu itu, Ivan Gazidis, yang melakukan pendekatan “di bawah meja” dengan Ralf Rangnick.
La CurvaSud chiede acquisti di valore al club: "Un altro anno è passato: è ora di mercato. Società, vogliamo il salto di qualità" #MilanVerona pic.twitter.com/DttykTEZ9U
— Antonio Vitiello (@AntoVitiello) June 4, 2023
Soal Ibahimovic, Maldini juga berseberangan dengan Gazidis yang lebih suka kepada kebijakan transfer pemain belia.
Titel scudetto 2021-2022 menjadi bukti intuisi Maldini, mengingat peran besar Pioli dan Ibrahimovic di dalamnya.