KOMPAS.com - Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali menilai positif masuknya wajah-wajah baru yang mengambil alih kepemilikan klub Liga 2.
Namun, pada saat bersamaan, fenomena ini menjadi tugas tambahan bagi PSSI dan operator kompetisi (PT LIB) untuk menjaga semangat investor-investor supaya terus konsisten di jalur sepak bola.
Kompetisi kasta kedua Indonesia tengah menjadi buah bibir usai masuknya sederet investor kakap yang mengakuisisi beberapa klub Liga 2.
Kehadiran mereka tidak hanya memberikan dampak besar pada klub tetapi juga mengubah wajah Liga 2 itu sendiri.
Akmal Marhali melihat fenomena ini bisa jadi momentum yang menjadi titik balik industri sepak bola Indonesia.
“Munculnya beberapa toko baru di sepak bola Indonesia saat ini adalah harapan besar untuk menuju arah lebih positif. Masuknya Raffi Ahmad, Kaesang Pangarep, Samsul Arifin (PSG Pati), lalu pengurus Dewa United yang dihuni rata-rata anak-anak muda,” ujar Akmal Marhali dalam sebuah sesi wawancara daring terbatas.
Baca juga: Kata Ratu Tisha soal RANS Cilegon FC dan Fenomena Klub Sultan di Liga 2
“Ini gambaran bahwa sepak bola Indonesia banyak diminati dan punya potensi untuk berkembang menjadi lebih besar,” imbuhnya.
Namun, Akmal Marhali tidak begitu kaget, karena ini bukan kali pertama fenomena semacam ini terjadi. Dia mengajak bernostalgia dengan menyebut sejumlah investor raksasa yang mencoba peruntungan di sepak bola.
Ia menyebut nama Sihar Sitorus bersama Pro Duta FC, Gita Wirjawan dengan Arema Indonesia, dan Vijaya Fitriyasa dengan Persis Solo.
Namun, dana besar terbukti tidak cukup membuat mereka eksis. Ekspektasi besar yang tidak mampu terpenuhi membuat mereka mundur teratur.
Akmal Marhali mengatakan kegagalan tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan mengenai seluk beluk industri sepak bola.
Menurutnya, diakui atau tidak, sisi gelap industri sepak bola Indonesia ini selalu ada.
Baca juga: PSSI Harus Tegas Perihal Regulasi Kepindahan Kepemilikan dan Perubahan Identitas Klub
“Permasalahannya jangan sampai nanti mereka kecewa karena ekosistem tidak sehat,” kata Akmal Marhali.
“Yang saya khawatirkan hal-hal seperti ini masih terjadi dan ekosistemnya tetap tidak sehat sehingga nanti banyak yang frustasi lagi,” imbuhnya.
Pengamat sepak bola Indonesia tersebut menjelaskan kembali bahwa itu menjadi tanggung jawab PSSI dan PT LIB bagaimana menciptakan sebuah ekosistem sepak bola yang baik, bersih, sehat, dan mampu dimengerti oleh investor-investor baru.
Akmal Marhali mengatakan antusiasme investor dengan nama besar menjadi aset yang sangat berharga bagi industri sepak bola nasional.
Mundurnya mereka sama saja menjadi sebuah kemunduran bagi sepak bola nasional.
Pendapat tersebut disampaikan berdasarkan yang saat ini terjadi di Liga India.
Sepak bola India ikut berkembang pesat karena campur tangan orang-orang berpengaruh dan figur publik.
“Bisa jadi sepak bola Indonesia kita nanti Liga 2 nya menduplikasi ISL India. Ada klub yang manajernya para artis sebagai icon sehingga orang tertarik untuk menonton sepak bola”
“Akhirnya sepak bola India yang dulunya tertinggal dari Tanah Air kini justru kasta ketiganya sudah berada di atas Indonesia sekarang,” pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.