Jaino Matos menuturkan bahwa sebenarnya sudah banyak sekolah sepak bola maupun akademi pada 2013.
Namun, sangat jarang diklat yang berasal dari dalam tubuh klub profesional itu sendiri.
Semua klub lebih fokus pada prestasi senior. Saat itu memang ada kompetisi U21, tetapi dibubarkan setelah kompetisi usai.
“Sistem tersebut tidak bisa dianggap sebagai pembinaan. Namun, Persib Bandung punya owner visioner.”
“Kami membentuk Diklat Persib dari nol. Belum ada mess, belum ada tim,” terangnya.
Baca juga: Jaino Matos Angkat Bicara soal Pola Makan Pemain dan Nasi Goreng
Projek tersebut pun dimulai.
Bersama dengan Yoyo S Adiredja yang menjabat sebagai General Manajer, Jaino bergerak membentuk akademi yang kelak menjadi Kawah Candradimuka pemain sepak bola nasional.
“Kami mulai bergerak, tujuan pertama membentuk fondasi solid bersama dengan anak-anak yang punya potensi sepak bola tapi juga baik secara sikap," tutur mantan pelatih Persiba Balikpapan tersebut.
"Sikap sangat krusial, mereka harus punya dedikasi, kesungguhan, disiplin dan mampu membawa diri.”
Dari situ, satu persatu talenta terbaik dicetak dan diterbitkan sebagai pemain profesional.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.