Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Unik dalam Karier Kepelatihan Robert Rene Alberts

Kompas.com - 13/10/2020, 14:00 WIB
Kontributor Bola, Septian Nugraha,
Ferril Dennys

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Sepak bola adalah bagian yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan Robert Rene Alberts.

Selama puluhan tahun, Alberts berkarier dalam dunia sepak bola sebagai pemain dan pelatih.

Sejak kecil, pelatih kepala tim Persib Bandung itu sudah bertekad menggantungkan hidupnya di dunia sepak bola.

Dimulai pada 1966, Alberts berhasil masuk ke akademi AFC Ajax. Di sana, dia banyak menimba ilmu dan pengalaman sebagai bekal atau modal untuk menjadi pesepak bola profesional.

Baca juga: Keunggulan Ortuseight di Mata Duo Persib Gian Zola dan Beckham Putra

Meski begitu, pada masa awal kariernya sebagai pesepak bola, Alberts belum terpikir untuk meneruskan karier sebagai pelatih setelah dia gantung sepatu. Namun keinginan tersebut perlahan muncul tatkala Alberts berkarier di Amerika Serikat.

Di Amerika, Alberts banyak menjalin hubungan dengan sejumlah komunitas sepak bola. Dari sana, dia juga mulai sering mengikuti kegiatan coaching clinic.

Alberts sangat menikmati kegiatan tersebut, sehingga keinginannya untuk melatih mulai tumbuh.

"Dari sana saya banyak berinteraksi dengan anak kecil, berinteraksi dengan orang-orang dan merangsang mereka bermain sepak bola," kata Alberts kepada wartawan.

"Itu yang berkembang di sana, dan dampaknya pesepak bola menjadi sedikit tapi pelatih bertambah dan itu otomatis berpengaruh dalam hidup saya. Hal itu sangat saya sukai dan membuat saya senang menjadi pelatih," sambung dia.

Kesempatan untuk melakoni peran sebagai pelatih baru didapatkan Alberts saat dirinya berkarier di Swedia, tepatnya saat bermain bersama Hittarps IK. 

Saat itu, Alberts baru berusia 30 tahun, dan di klub tersebut sebenarnya dia memainkan peran sebagai pemain.

Hanya saja, pada musim keduanya di Hittarps IK, manajemen klub membuat memutuskan besar dengan memecat pelatihnya saat itu.

Alih-alih mencari pelatih pengganti yang lebih berpengalaman, manajemen Hittarps IK justru menunjuk Alberts sebagai pelatih baru. Meski awalnya terkejut, Alberts pun menyanggupi permintaan tersebut.

Saat itu, Alberts memainkan peran ganda sebagai pemain-pelatih di Hittarps IK. Awal karier kepelatihannya terbilang sukses, meski tidak sampai meraih gelar juara. Akan tetapi, metode latihan yang diterapkannya berhasil membuat para pemain berkembang. Di Swedia, Alberts juga sempat menangani tim Astorps FF.

Selanjutnya, Alberts mulai melanglang buana ke Asia. Dimulai dari tahun 1992 hingga 2020, karier kepelatihan Alberts banyak dihabiskan di benua kuning. Dalam kurun waktu tersebut, Alberts pernah melatih di Malaysia, Singapura, hingga Indonesia. Selain itu, Alberts juga pernah dipercaya menangani timnas Korea Selatan U-19.

Alberts menuturkan, ada banyak hal yang membuatnya menikmati peran sebagai pelatih sepak bola. Hal yang paling membuatnya bahagia adalah, ketika bisa membuat pesepak bola berkembang melalui program latihannya. Selain itu, tentu adalah prestasi dalam rupa gelar juara.

"Statistik berbicara, saya bisa mendapatkan beberapa gelar dan mempromosikan tim. Jumlah kemenangan jika dibandingkan dengan kekalahan terbilang lebih banyak," ungkap Alberts.

"Saya juga adalah pelatih yang bisa menjuarai liga dengan tidak terkalahkan bersama tiga klub dalam tiga liga berbeda. Jadi itu sesuatu yang bisa dibanggakan, karena itu bukan suatu keberuntungan. Jadi saya sangat suka menjadi pelatih," tegas dia.

Merawat kumis dan janggut demi gelar juara

Selama menjalani karier sebagai pelatih, tentu ada banyak momen dan kisah menarik yang dialami Alberts. Akan tetapi, ada satu kejadian yang tidak pernah Alberts lupakan. Tepatnya, saat dia melatih klub asal Singapura, Home United pada medio 1999.

Kala itu, Alberts pernah berjanji kepada para pemainnya, dia tidak akan mencukur kumis dan janggut selama Home United berhasil memenangi pertandingan. Hasilnya, Home United melewati satu musim kompetisi tanpa terkalahkan.

Hal yang membuat Alberts harus terus memelihara kumis dan janggut selama satu musim kompetisi. Alberts tidak keberatan, karena gelar juara berhasil direngkuh timnya saat itu.

"Saat itu, saya katakan pemain pemain bahwa kalau kami bisa terus memenangi pertandingan, saya akan memelihara kumis dan jenggot, saya tidak ingin kehilangan musim tersebut," ungkap Alberts.

"Dan kami melakukannya, saya tidak memotong kumis dan jenggot sepanjang musim dan hasilnya kami mampu memenangi liga tanpa terkalahkan bersama Home United," imbuh dia.

Saat ini, Alberts melatih Persib. Dia ingin mengulang banyak prestasi yang pernah diraihnya pada masa lalu bersama klub berjulukan Maung Bandung itu. Kisahnya bersama Home United adalah motivasi yang diusungnya untuk membawa Persib juara kompetisi dengan hasil tak terkalahkan.

"Saya ingin kembali melakukan itu (juara tanpa terkalahkan) di Persib. Itu adalah hasrat saya dan itu akan menjadi pengalaman yang fantastis," ucap Alberts, berharap.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Tebus Kegagalan di Piala AFF U23, Ernando Ingin Juara Piala Asia U23 demi STY

Timnas Indonesia
Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Momen Ragnar, Jay, dan Thom Haye Nobar Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

STY Bikin Sepak Bola Korsel Menangis, Beri yang Terbaik untuk Indonesia

Timnas Indonesia
Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Hasil Persib Vs Borneo FC, Catatan Hodak Usai Jungkalkan Juara Reguler Series

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia Libas Korsel, Shin Tae-yong Disebut seperti Menang KO

Timnas Indonesia
Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Shin Tae-yong Bicara Kans Indonesia ke Final Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Indonesia Vs Korsel, Kata Pratama Arhan Usai Jadi Penentu Kemenangan

Timnas Indonesia
Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Rafael Struick: Hari Ini Kalahkan Korsel, Ayo ke Paris Tuliskan Sejarah!

Timnas Indonesia
Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Dua Tim Juara Calon Lawan Indonesia di Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Reaksi Media Korsel: 'Magis Shin Tae-yong' dan 'Tragedi di Doha'

Reaksi Media Korsel: "Magis Shin Tae-yong" dan "Tragedi di Doha"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com