KOMPAS.com - Jasad legenda sepak bola Argentina, Diego Armando Maradona, sampai saat ini masih belum dikremasi karena proses investigasi dugaan pembunuhan masih terus berlanjut.
Dikutip dari situs La Nacion, perintah larangan jasad Diego Maradona dikremasi dikeluarkan oleh Pengadilan San Isidro, Buenos Aries.
"Jasad Diego Maradona tidak akan dikremasi sampai semua pendapat ahli yang melengkapi proses investigasi terkumpul," kata salah seorang sumber La Nacion yang memiliki akses ke dokumen investigasi kematian Maradona.
Kematian Diego Maradona dianggap janggal dan mulai diselidiki oleh Kejaksaan San Isidro sejak Sabtu (29/11/2020), tiga hari setelah sang legenda berpulang.
Jaksa Agung San Isidro, John Broyad, sudah membentuk tim penyidik yang dipimpin oleh dua orang jaksa, yakni Patricio Ferrari dan Cosme Iribarren.
Kasus kematian Maradona kali ini diselidiki dengan dugaan pembunuhan dalam artian "tindakan di mana kematian seseorang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian pelaku, tanpa ada maksud membunuh".
Kematian Maradona mulai diselidiki Kejaksaan San Isidro karena dua hal.
Pertama, terdapat kejanggalan saat Diego Maradona menjalani rawat jalan di kediaman pribadinya yang terletak di Tigre, Buenos Aires.
Kejanggalan itu ditemukan karena prosedur rawat jalan Diego Maradona tidak sesuai standar.
Dikutip dari situs BBC, beberapa kejanggalan dari prosedur rawat jalan Diego Maradona adalah tidak adanya perawat, dokter, hingga ambulans dengan kelengkapan defibrillator (stimulator detak jantung), yang siap siaga selama 24 jam.
Selain itu, keterangan suster Dahiana Gisela yang bertugas pada hari kematian Diego Maradona juga turut mendukung kejanggalan tersebut.
Dikutip dari situs Marca, Dahiana Gisela dikabarkan memalsukan laporan harian perawatan Diego Maradona.
Pada awalnya, Dahiana Gisela mengaku masuk ke kamar tidur Maradona karena mendengar suara saat pagi hari atau beberapa jam sebelum kematian.
Keterangan itu kemudian diralat oleh Dahiana Gisela saat didatangi penyidik dengan menyatakan tidak masuk ke kamar untuk membiarkan Maradona tidur beristirahat.
Hal itu tidak lepas dari laporan empat saudara perempuan Maradona yang diwakilkan pengacara Matias Morla ke Kejaksaan San Isidro.
Faktor kedua yang membuat Kejaksaan San Isidro melakukan investigasi adalah keterangan pihak keluarga Diego Maradona.
Akhir pekan lalu, dua putri Maradona, Dalma dan Giannina, secara terbuka mempertanyakan apakah pengobatan yang diterima ayahnya sudah sesuai prosedur atau tidak.
Adapun empat dari lima saudara perempuan Maradona yang diwakilkan pengacara Matias Morla juga sudah memberikan keterangan.
Keempatnya meminta agar mendiang Maradona diterima sebagai korban.
Dalam proses investigasi kali ini, Kejaksaan San Isidro bersama Kepolisian Buenos Aires sudah menggeledah klinik dan rumah pribadi dokter pribadi Maradona, Dr Leopoldo Luque.
Penggeledahan itu dilakukan pada Minggu (29/11/2020) dengan menurunkan total 50 petugas.
Hasilnya, petugas kepolisian menyita komputer dan ponsel pribadi Leopoldo Luque beserta catatan medis Diego Maradona.
Leopoldo Luque diperiksa karena berstatus dokter pribadi dan ikut terlibat dalam operasi pengangkatan darah beku di otak yang dijalani Maradona pada Rabu (4/11/2020).
Selain itu, Leopoldo Luque juga sosok yang memberikan rekomendasi agar Maradona bisa meninggalkan rumah sakit dan menjalani rawat jalan di rumah, satu pekan setelah operasi.
Leopoldo Luque kini diperiksa dengan dugaan dua hal, yakni telah lalai saat memberikan rekomendasi dan juga ikut berperan dalam proses rawat jalan Maradona yang penuh kejanggalan.
https://bola.kompas.com/read/2020/12/02/12252428/ada-investigasi-dugaan-pembunuhan-jasad-maradona-dilarang-dikremasi
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan