Dia mengatakan, rencana pemusatan kompetisi Liga 1 2020 dalam satu wilayah pasti akan menimbulkan pro dan kontra.
Namun, dia melihat sentralisasi kompetisi tetap menjadi sebuah solusi di tengah situasi saat ini.
Sentralisasi kompetisi Liga 1 2020 di Pulau Jawa menimbulkan kerugian tersendiri bagi klub-klub luar Pulau Jawa.
Masalah akomodasi mungkin sedikit ringan karena PSSI sudah berkomitmen akan mengulurkan tangannya.
Namun, ada masalah lain yang lebih dari materi, seperti dukungan suporter dan ambience home base yang sulit untuk digantikan.
Belum lagi pemain dan tim harus dipaksa jauh dari keluarganya yang berpotensi ikut memengaruhi mental saat tampil.
Namun, di sisi lain, pemusatan kompetisi Liga 1 2020 di satu wilayah menjadi salah satu cara paling efektif untuk menjaga keselamatan pemain pada masa pandemi ini.
Tidak seperti Inggris atau Italia, Indonesia adalah negara kepulauan sehingga jika tidak ada sentralisasi, pemain dan tim bisa sering berlama-lama di ruang publik, seperti bandara.
Dengan demikian, potensi untuk terpapar virus corona pun akan semakin besar.
Dari segi keuangan pun, pemusatan kompetisi juga dirasa lebih efektif untuk menekan pengeluaran.
"Kalau bicara operasional sebenarnya lebih hemat ada sentralisasi. Kalau dari asas keadilan, ya mungkin tidak adil karena sepak bola seharusnya tidak seperti ini (ada tandang dan kandang)," kata GM asal Madiun tersebut.
"Namun, situasinya sekarang kan tidak normal," ujarnya.
Ruddy Widodo meyakinkan kembali bahwa sentralisasi kompetisi Liga 1 2020 tetap menjadi pilihan terbaik, apalagi sekarang ini sarana dan prasarana di Pulau Jawa sudah cukup mumpuni.
"Alhamdulillah di Jawa sendiri jalan tol-nya sudah memadai, transportasinya bagus-bagus, bahkan ada bus yang punya fasilitas istirahat rebahan juga," katanya.
https://bola.kompas.com/read/2020/07/06/22000058/arema-fc-bicara-pro-kontra-sentralisasi-liga-1-di-pulau-jawa