Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Akselerasi Ekosistem dan Prestasi Melalui Kepemimpinan Olahraga

Kompas.com - 26/10/2023, 17:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA tulisan lalu, saya menggarisbawahi urgensi dan pentingnya kepemimpinan dalam olahraga. Dengan situasi dan kondisi saat ini, memang kepemimpinan jadi hal penting agar prestasi olahraga Indonesia semakin mendunia.

Namun pertanyaannya adalah cara mengakselerasi ekosistemnya agar prestasi Indonesia mendunia.

Baca juga: Kepemimpinan dalam Transformasi Olahraga Nasional

Secara fundamental, pemimpin di bidang olahraga perlu punya kesadaran dan visi terkait olahraga Indonesia seperti apa. Dari visi tersebut kemudian diturunkan menjadi kebijakan praktis yang bisa langsung dieksekusi dengan tujuan mengakselerasi pengembangan talenta.

Tantangan akselerasi

Namun demikian, terdapat beragam tantangan dalam mengakselerasi ekosistem dan prestasi olahraga kita. Dan setiap cabang olahraga memiliki dinamikanya sendiri, sehingga pendekatan one-size-fit-all tidak efektif.

Performa atlet di Asian Games 2022 bisa menjadi dasar analisis kita meninjau tantangan akselerasi olahraga di Indonesia.

Meskipun meraih 7 medali emas, 11 perak, dan 18 perunggu, namun karena performa atlet yang kurang memuaskan masyarakat, Menpora mengharuskan evaluasi menyeluruh performa atlet-atlet kita.

Kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya atlet karena mereka telah berjuang sekuat tenaga. Kita perlu melihat ini dari kacamata sistem: Apa yang salah? Apa yang bisa kita tingkatkan bersama?

Apabila kita melihat dari kacamata sistem, ada tiga tantangan yang harus kita selesaikan bersama.

Tantangan pertama adalah minimnya anggaran. Ini juga dikemukakan oleh Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari pada Juli 2023 lalu.

Dia menjelaskan bahwa alokasi anggaran olahraga hanya 0,001 persen. Jumlah ini tentu harus bisa dimaksimalkan, tetapi di sisi lain, membuat tingkat fleksibilitas kebijakan menjadi berkurang.

Mari kita bandingkan anggaran olahraga kita dengan China. Pada 2019, China menggelontorkan dana sebesar CNY 9,35 miliar atau sekitar Rp 20,75 triliun.

Sementara itu, anggaran olahraga Indonesia sebesar 2,32 triliun. Perbedaannya nyaris 10 kali lipat. Perbedaan anggaran antara Cina dan Indonesia juga menunjukkan skala prioritas yang berbeda.

Tantangan kedua adalah manajemen pembinaan talenta. Indonesia belum memiliki sistem pembinaan talenta seperti di Amerika Serikat (AS).

Kita ambil contoh cabang olahraga basket. Kita cukup paham bahwa sistem olahraga basket di AS sangat maju. Mereka memiliki sistem drafting, di mana mahasiswa yang mumpuni di olahraga tersebut berkesempatan mengikuti draft untuk masuk ke dalam klub-klub basket besar.

Sementara di Indonesia, praktiknya masih belum sistematis. Indonesia memiliki banyak aktor yang bisa mengambil peran dalam pembinaan olahraga.

Namun, sifatnya masih event, belum tersistematis seperti AS. Ini menjadi tantangan apabila Indonesia ingin mengembangkan talenta-talentanya. Terlebih, idealnya, pembinaan atlet di usia 6-12 tahun karena merupakan golden age of learning.

Selain itu, data dari Litbang Kompas 2021 menemukan sebanyak 48,8 persen tidak puas dengan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah.

Riset tersebut juga mengungkapkan tiga harapan terkait kesejahteraan atlet: Dana pensiun (33 persen), pembinaan dan pendanaan (21,5 persen), dan honor/upah/gaji/bonus (21,2 persen).

Tantangan ketiga adalah partisipasi masyarakat yang rendah. Ini bisa terlihat dari tingkat kebugaran masyarakat kita sendiri.

Menurut Sport Development Index tahun 2021, sebanyak 76 persen masyarakat masuk dalam kategori tidak bugar.

Sementara itu, menurut Activity Health Kids Global Alliance yang bekerja sama dengan Sun Life pada 2022 mengemukakan, hanya kurang dari 20 persen remaja yang gemar bergerak.

Angka-angka di atas menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan berolahraga. Hal ini tentu harus kita atasi bersama karena salah satu syarat untuk pembinaan talenta adalah mereka suka berolahraga.

Jika masyarakat, khususnya remaja, tidak menyukai kegiatan olahraga, maka akan sulit untuk menemukan bibit muda.

Tiga tantangan ini merepresentasikan kondisi ekosistem olahraga di Indonesia. Masih ada waktu 22 tahun untuk mencapai Indonesia Emas 2045.

Terlebih, saat ini Indonesia sedang menuju bonus demografi. Olahraga menjadi salah satu pilar penyokong dan simbol kemajuan sebuah negara.

Tiga strategi mempercepat akselerasi

Kepemimpinan olahraga perlu mengambil sikap aktif dan merumuskan kebijakan yang holistik serta praktis agar olahraga Indonesia bisa terus berkembang. Ada tiga strategi yang bisa dilakukan oleh pemimpin olahraga.

Strategi pertama adalah memadukan olahraga dan hiburan. Cara ini sedang tren di Indonesia berkat inisiatif para influencer dan artis Indonesia dalam menggaungkan semangat olahraga.

Misalnya Vindes Media telah menggelar dua event olahraga, yaitu Tiba-tiba Tenis, Tepok Bulu, dan Bahkan Voli. Ketiga event ini berjalan sukses dan mampu mencuri perhatian masyarakat Indonesia.

Selain Vindes, Rans Entertainment juga menggelar hal serupa. Bekerja sama dengan SCTV, Rans Entertainment menggelar Turnamen Olahraga Selebritis Indonesia.

Program ini juga sukses meraih atensi rakyat Indonesia. Tidak hanya itu, Rans Entertainment juga menggelar Lagi-lagi Tenis yang mendapat dukungan dari Pertamina. Event tersebut melibatkan legenda tenis Indonesia, Yayuk Basuki dan Angelique Widjaja.

Dengan atensi yang didapatkan dari event tersebut, sportainment berhasil menggiring masyarakat untuk lebih menyukai olahraga. Terbukti dari penjualan tiket yang laku keras.

Event sportainment ini juga bisa menjadi ajang agar atlet-atlet Indonesia lebih dikenal oleh masyarakat luas.

Strategi kedua adalah dengan mengintegrasikan sport science dalam pengembangan talenta. Sport science bisa mengarahkan pengembangan talenta kita berdasarkan data psikologis, medis, gizi, dan lain sebagainya.

Ketua Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia, Hasrul Benny Harahap, menegaskan bahwa sport science sangat dibutuhkan dalam meningkatkan prestasi olahraga.

Peran banyak stakeholder menjadi urgen untuk bisa menerapkan sport science. Misalnya universitas bisa mendidik generasi muda di bidang ini agar bisa berkontribusi di bidang olahraga.

Ini pun sudah dilakukan oleh Universitas Negeri Surabaya, di mana mereka mengembangkan Sport and Exercise Research Center (SERC) beserta program Sentra Pembinaan Olahraga Pelajar (SPOP).

Tidak hanya universitas, federasi olahraga juga ikut mengembangkan sport science. PSSI mempersiapkan training camp dan sport science agar sepakbola Indonesia lebih maju.

Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) membantu menggelontorkan dana sebesar 7,3 juta dollar AS yang akan dimanfaatkan untuk pembangunan lapangan sepakbola, lapangan sepakbola pantai, dan lapangan futsal. Lapangan-lapangan tersebut akan terintegrasi dengan penerapan sport science.

Strategi ketiga adalah melakukan pengembangan talenta secara berkelanjutan. Pemerintah harus menjadi leading sector bagi manajemen talenta dari hulu ke hilir.

Ia bisa mengawasi bibit muda sejak dari sekolah dasar. Dari situ, dengan dikombinasikan sport science, pemimpin olahraga dapat menarik talenta muda yang memenuhi kriteria yang diperhitungkan.

Kita bisa ambil pelajaran bagaimana Spanyol mengembangkan talenta sepakbolanya. Menurut Spesialis Senior dalam Pengembangan Olahraga LaLiga, Carlos Casal, kuncinya terletak pada kemitraan antara klub lokal dengan sekolah.

Setelah menguatkan kemitraan, kemudian pemimpin olahraga membangun jaringan internasional untuk mengetahui best practices di liga-liga besar.

Namun ia juga menegaskan bahwa berbeda negara, kebijakannya juga berbeda. Ketika ia terlibat dalam pengembangan talenta di Tiongkok, pihaknya bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan. Artinya, olahraga menjadi bagian penting bagi pendidikan Tiongkok.

Pemimpin katalisator ekosistem

Tiga strategi ini bisa kita lakukan apabila pemimpin olahraga kita mampu membuat ekosistem olahraga yang sistemik.

Indonesia memiliki 66,2 juta jiwa penduduk berusia 0-14 tahun dan 22,16 juta jiwa yang berusia 15-19 tahun. Ada banyak potensi atlet-atlet di dalam jumlah tersebut yang bisa kita latih hingga menjadi atlet profesional di kancah dunia.

Pemerintah tidak bisa sendiri dan harus mengajak berbagai stakeholder. Artinya, setiap stakeholder harus berkolaborasi menciptakan ekosistem talenta olahraga Indonesia.

Dalam The State of the Organizations yang dibuat oleh McKinsey tahun 2023, pemimpin harus bertindak sebagai katalisator untuk memberdayakan jaringan tim dan mendorong transparansi, kolaborasi, dan inklusivitas di seluruh organisasi dan ekosistemnya.

Dalam studi yang dilakukan oleh KPMG 2023, sebanyak 72 persen percaya bahwa fokus yang lebih kuat pada kolaborasi dengan tanggung jawab manajemen dan operasional bersama akan memungkinkan keberhasilan lebih besar.

Kenyataan di lapangan, setiap organisasi saat ini terus mengedepankan kolaborasi sebagai cara meraih tujuan yang lebih besar.

Misalnya, saat ini AICE berkolaborasi dengan PSSI dengan meluncurkan 10.000 eskrim dan 500 sepakbola.

Ataupun DBL Indonesia yang bekerja sama dengan pelatih-pelatih elite kelas dunia dari World Baskeball Academy Australia.

Ada juga kerja sama antara DBL Indonesia dengan PB PASI dalam menggelar perlombaan atletik bertajuk Energen Champion SAC Indonesia National Championship.

Kolaborasi tersebut memang baik bagi olahraga Indonesia. Namun demikian, belum tersistematisasi antara cabang olahraga satu dengan yang lainnya.

Pemimpin olahraga harus menjadi leading sector dalam pembentukan ekosistem olahraga, baik itu dalam pengembangan industri maupun talenta.

Untuk meningkatkan minat masyarakat dalam olahraga, pemimpin kita bisa berkolaborasi dengan para influencer dan artis Indonesia.

Pagelaran semacam Tepok Bulu, Tiba-tiba Tenis bisa menjadi pemicu bagi masyarakat untuk gemar berolahraga.

Terlebih, event-event tersebut melibatkan legenda olahraga Indonesia dan ada unsur hiburan yang bisa dinikmati. Dan juga, animo masyarakat menonton event ini sangat tinggi. Ini bisa kita manfaatkan untuk menggaungkan semangat olahraga.

Sembari meningkatkan minat masyarakat, Kemenpora RI bisa memulai pengembangan talenta sejak dari sekolah dasar.

Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia dapat berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengintegrasikan olahraga sebagai kurikulum wajib.

Bukan hanya sekadar memenuhi mata pelajaran, melainkan memetakan talenta siswa - siswi sejak dini. Mereka berbakat di cabang olahraga sepakbola, basket, voli, bulutangkis, atau yang lainnya.

Sekolah juga proaktif menyediakan sarana prasarana untuk menyalurkan minat dan bakat anak di bidang olahraga. Ini sudah dilakukan di beberapa sekolah di Penajam Paser Utara.

SMP Negeri di sana menyediakan kelas khusus pengembangan minat dan bakat olahraga. Dinas Pendidikan, Olahraga, dan Pemuda berkomitmen menyiapkan infrastruktur, termasuk pelatih.

Baik sekolah, lembaga olahraga, pihak swasta, influencer, dan juga pemerintah harus konsisten menyediakan ruang kompetisi yang seluas-luasnya untuk membenturkan bakat-bakat yang belum terasah.

Dari kompetisi ini, kita bisa mengetahui potensi terdalam seorang anak. Klub olahraga juga perlu mengirimkan talent scouter untuk bisa mengidentifikasi anak-anak berbakat.

Setelah menemukan bakat anak muda, Kementerian Olahraga melibatkan institusi olahraga lainnya untuk melatih dan mengembangkan talenta olahraga kita.

Siswa - siswi yang berbakat bisa terafiliasi dan diberi beasiswa untuk mengikuti sekolah olahraga di Indonesia. Klub olahraga pun bisa ikut berperan menjaring mereka untuk dilatih di klub.

Proses ini terus dilakukan hingga akhirnya bisa tercipta atlet-atlet hebat masa depan nanti. Indonesia memiliki mimpi agar bisa menorehkan prestasi di setiap kompetisi. Terlebih, Indonesia ingin berpartisipasi di Piala Dunia 2038.

Ada waktu 15 tahun untuk mengasah anak-anak muda menjadi atlet kompeten yang bisa membawa nama baik Indonesia di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Laga Championship Series Bali United Vs Persib Resmi Pindah Arena

Laga Championship Series Bali United Vs Persib Resmi Pindah Arena

Liga Indonesia
Timnas Indonesia Minta Maaf Usai Warganet Lakukan Aksi Rasis ke Guinea

Timnas Indonesia Minta Maaf Usai Warganet Lakukan Aksi Rasis ke Guinea

Timnas Indonesia
PSSI Kecam Aksi Rasialisme kepada Guinea, Jangan Nodai Perjuangan Timnas Indonesia

PSSI Kecam Aksi Rasialisme kepada Guinea, Jangan Nodai Perjuangan Timnas Indonesia

Internasional
Timnas U17 Putri Indonesia Petik Pelajaran Berharga, Semangat Tak Patah

Timnas U17 Putri Indonesia Petik Pelajaran Berharga, Semangat Tak Patah

Timnas Indonesia
Saat Rekor Penalti Pemain Guinea Ternoda dalam Laga Vs Timnas U23 Indonesia...

Saat Rekor Penalti Pemain Guinea Ternoda dalam Laga Vs Timnas U23 Indonesia...

Internasional
Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Guinea dan Ilaix Moriba Diserbu Komentar Rasis, Sepak Bola Seharusnya Mempersatukan

Timnas Indonesia
Guinea Masuk Grup 'Neraka' Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Guinea Masuk Grup "Neraka" Olimpiade 2024, Pelatih Reuni dengan Henry

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Jadwal Timnas Indonesia Usai Garuda Muda Jalani Playoff Olimpiade 2024

Timnas Indonesia
Pelatih Guinea Tiga Kali Ucap 'Sulit' Usai Lawan Timnas U23 Indonesia

Pelatih Guinea Tiga Kali Ucap "Sulit" Usai Lawan Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
Bola Emas Diego Maradona di Piala Dunia 1986 Akan Dilelang

Bola Emas Diego Maradona di Piala Dunia 1986 Akan Dilelang

Internasional
Semifinal Championship Series Ingatkan Bos Persib ke Tahun 2014

Semifinal Championship Series Ingatkan Bos Persib ke Tahun 2014

Liga Indonesia
Guinea Kalahkan Indonesia dan Lolos Olimpiade, Ulangi Sejarah 56 Tahun

Guinea Kalahkan Indonesia dan Lolos Olimpiade, Ulangi Sejarah 56 Tahun

Internasional
Proliga 2024, Bandung bjb Tandamata Serukan Bangkit Usai Takluk

Proliga 2024, Bandung bjb Tandamata Serukan Bangkit Usai Takluk

Liga Indonesia
Bayer Leverkusen ke Final Liga Europa: 49 Laga Tak Terkalahkan, Rekor Baru di Eropa

Bayer Leverkusen ke Final Liga Europa: 49 Laga Tak Terkalahkan, Rekor Baru di Eropa

Liga Lain
Kepala Witan Sulaeman Dijahit Usai Lawan Guinea

Kepala Witan Sulaeman Dijahit Usai Lawan Guinea

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com