Beberapa orang di aliansi suporter Persik dilibatkan dalam tim steward yang bertugas.
Aliansi Suporter Persik ini lebih bisa fleksibel dalam menjalankan tugas sebagai steward karena pengalaman mereka selama menjadi suporter di tribune.
“Jadi yang menghadap ke tribune itu suporter yang biasa nonton di situ. Jadi mereka paham wilayahnya. Jadi saya tahu juga siapa koordinatornya,” terangnya.
Pendekatan lain yang tidak kalah menarik adalah pemutaran selawat dan lagu-lagu Islami pada jeda pertandingan.
Hal itu bertujuan untuk meredam emosi suporter dan menghilangkan sisa-sisa amarah yang ada.
Sebuah pemandangan yang tidak biasa mendengar lantunan irama Islami lewat corong pengeras suara stadion. Tapi cara ini terbukti efektif.
“Mayoritas muslim jadi kita putarkan lagu-lagu Islami agar kita ingat ada Tuhan dan emosinya bisa meredam,” ujar pria berkacamata itu.
Tidak selesai sampai disitu, usai pertandingan Tri Widodo mengumpulkan beberapa suporter dari tribune.
Ia menggali informasi untuk mencari kronologi kejadian.
Informasi yang didapatkan menjadi bahan evaluasi kedepannya supaya tidak kecolongan lagi di masa depan.
Saat ini memang sangat rawan terjadi gesekan dalam sepak bola. Salah satunya disebabkan karena tidak ada kontrol penggunaan sosial media.
Banyak oknum-oknum tidak bertanggung jawab melakukan provokasi dan menebar kebencian di media sosial tanpa mendapatkan konsekuensi.
“Kita kan saling tahu di medsos. Kalau ada teman kelompok suporter yang terlalu keras saya tegur dia, saya datang ini,” ujar pria berusia 53 tahun.
Ia pun hingga saat ini mengaku masih terus belajar dan menyesuaikan diri dengan dinamika suporter di Indonesia.
Ia membuka diri dengan kritik dan saran dari suporter. Begitu pula sebaliknya.
Semua dilakukan menciptakan rasa nyaman dan aman baik untuk suporter dan sepak bola.
“Saya lebih menyentuh akar rumput, karena yang membuat besar itu mereka. Kalau pentolan kan hanya beberapa orang saja,” jelas dia.
“Dekat dengan suporter wajib saya lakukan untuk menetralisir kerusuhan atau menurunkan tensi penonton,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.