“Ada satu bagian yang sebenarnya terlupakan dalam 2-3 dekade terakhir di Papua, yakni pembangun mental dan budaya. Salah satunya adalah olahraga,” ujarnya.
Ia mengaku kian menyadari hal tersebut setelah berbincang dengan Puan Maharani yang ketika itu masih jadi Menteri Koordinator Pembangunan Sumber Daya Manusia.
“Saya menemukan bahwa ideologi pembangunan tidak komplet. Seharusnya kami membangun budaya dan mentalitas,” tuturnya.
Baca juga: Menpora Zainudin Amali Harap Papua Football Academy Bisa Jadi Contoh bagi Daerah-daerah Lain
Ia meyakini bahwa membangun manusia harus dari kelebihan-kelebihan yang sudah ditonjolkan dan bukan terus fokus ke mengatasi kelemahan.
Dirinya melihat olahraga terutama sepak bola ketika melihat euforia warga lokal terhadap tim kebanggaan mereka.
Salah satu pengalaman menonton sepak bola Claus datang saat ia menyaksikan Perseman Manokwari kontra Persib Bandung pada final Perserikatan 1986.
"Ketika itu seperti Tuhan mau datang,” tuturnya.
Hal sama pun ia rasakan ketika Persipura juara di era Liga Indonesia.
"Euforia luar biasa. Orang lupa kalau mereka sakit, lupa kalau ke sekolah harus jalan 10 kilometer, lupa kalau mau makan harus mendayung sampai 50 km dulu," tambahnya.
Alhasil, dirinya pun bangga akan kehadiran Papua Football Academy ini dan berharap akademi tersebut bakal sangat bermanfaat bagi generasi penerus Bumi Cenderawasih.
"PFA itu laboratorium mini," tuturnya.
"Anak-anak dan kami semua belajar banyak hal di sini dan kita bawa nilai-nilai itu ke rumah."
"Pesannya akan sama di PFA. Kita ajarkan ke anak-anak dan ketika mereka kembali ke masyarakat bisa menjadi duta-duta kebaikan bagi semua."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.