Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lebih dari Sekadar Akademi Sepak Bola, PFA Menjadi Ikon Baru Papua

KOMPAS.com - Petinggi PT Freeport Indonesia, Claus Wamafma, melihat Papua Football Academy (PFA) menjelma jadi ikon baru Bumi Cenderawasih.

Kehadiran PFA tak hanya diharapkan bisa menelurkan bakat-bakat sepak bola berikutnya dari Tanah Papua tetapi juga meninggalkan warisan bagi perkembangan sumber daya masyarakat lokal.

Hal tersebut diungkapkan oleh Claus Wamafma dalam acara makan malam bersama beberapa media nasional dari Jakarta, termasuk Kompas.com, di Kuala Kencana, Timika, pada Kamis pekan lalu.

Beberapa media nasional terpilih ini menjadi yang pertama untuk melihat dari dekat dan personal Papua Football Academy yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada akhir Agustus 2022 lalu.

Menurut Claus Wamafma, PFA memberikan angin segar bagi Bumi Cenderawasih.

Apalagi, ia mengatakan banyak pembicaraan perihal Papua sebelum ini terus menerus berputar soal politik.

“PFA hadir jadi sesuatu yang menyejukkan, menyegarkan, dan menjanjikan. Komunikasi kita tak lagi soal politik tetapi soal sportivitas, dan juga berbagai hal benar,” tutur putra Papua pertama yang menjabat sebagai direktur di PT Freeport ini.

“Semua kunjungan menteri di sini, saya tidak ditanya lagi yang sakit tubercolosis berapa, yang HIV berapa, bangun rumah sakit berapa. Tak lagi.”

“Kemarin saya baru berbicara dengan (Menteri Keuangan) Sri Mulyani. Dia bertanya, ‘Pak Claus, itu PFA bagaimana?’” ujarnya menambahkan dengan bangga.

“PFA menjadi ikon baru (PFA), kita banyak berdiskusi terkait PFA. Banyak harapan. Banyak komisaris ingin datang dan lihat. Saya harap hal-hal baik ini harus kita pelihara.”

Menjawab Pertanyaan Pembangunan Fundamental

Papua Football Academy (PFA) merupakan inisiasi dan salah satu komitmen investasi sosial PT Freeport Indonesia untuk membantu mengembangkan sumber daya sepak bola Papua.

PFA juga hadir atas permintaan Presiden Joko Widodo yang meminta dibangun akademi sepak bola di Papua.

Presiden juga ingin kehadiran PFA untuk merawat fasilitas olahraga yang digunakan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX tahun lalu.

Menurut Claus, kehadiran Papua Football Academy menjawab salah satu pembangunan fundamental yang sempat tertinggal di Papua.

“Ada satu bagian yang sebenarnya terlupakan dalam 2-3 dekade terakhir di Papua, yakni pembangun mental dan budaya. Salah satunya adalah olahraga,” ujarnya.

Ia mengaku kian menyadari hal tersebut setelah berbincang dengan Puan Maharani yang ketika itu masih jadi Menteri Koordinator Pembangunan Sumber Daya Manusia.

“Saya menemukan bahwa ideologi pembangunan tidak komplet. Seharusnya kami membangun budaya dan mentalitas,” tuturnya.

Ia meyakini bahwa membangun manusia harus dari kelebihan-kelebihan yang sudah ditonjolkan dan bukan terus fokus ke mengatasi kelemahan.

Dirinya melihat olahraga terutama sepak bola ketika melihat euforia warga lokal terhadap tim kebanggaan mereka.

Salah satu pengalaman menonton sepak bola Claus datang saat ia menyaksikan Perseman Manokwari kontra Persib Bandung pada final Perserikatan 1986.

"Ketika itu seperti Tuhan mau datang,” tuturnya.

Hal sama pun ia rasakan ketika Persipura juara di era Liga Indonesia.

"Euforia luar biasa. Orang lupa kalau mereka sakit, lupa kalau ke sekolah harus jalan 10 kilometer, lupa kalau mau makan harus mendayung sampai 50 km dulu," tambahnya.

Alhasil, dirinya pun bangga akan kehadiran Papua Football Academy ini dan berharap akademi tersebut bakal sangat bermanfaat bagi generasi penerus Bumi Cenderawasih.

"PFA itu laboratorium mini," tuturnya.

"Anak-anak dan kami semua belajar banyak hal di sini dan kita bawa nilai-nilai itu ke rumah."

"Pesannya akan sama di PFA. Kita ajarkan ke anak-anak dan ketika mereka kembali ke masyarakat bisa menjadi duta-duta kebaikan bagi semua."

https://bola.kompas.com/read/2023/02/15/08000098/lebih-dari-sekadar-akademi-sepak-bola-pfa-menjadi-ikon-baru-papua

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke