“Apakah kita harus bermain 2-2?” kata Edman.
“Ya, kenapa tidak?” tutur sang bek Denmark menjawab, seperti dikutip The Guardian dari majalah Offside.
Edman lantas melanjutkan. “Oke, kalian kebobolan lebih dulu.”
Walau begitu, UEFA, organisator sepak bola Eropa, tak melakukan investigasi khusus untuk laga Denmark vs Swedia di Euro 2004.
“Tidak ada apa-apa sama sekali,” ujar juru bicara UEFA kala itu, Rob Faulkner, kepada BBC.
Baca juga: Vietnam Vs Thailand Diduga Match Fixing, PSSI Siap Adukan ke AFF
Praktik “sepak bola biskuit” tak cuma ada di Euro 2004. Jauh bertahun-tahun sebelumnya, Jerman Barat dan Austria dituding berkonspirasi untuk menyingkirkan Aljazair di Piala Dunia 1982.
Aljazair akan tersingkir dari putaran pertama Grup 2 Piala Dunia 1982 andai Jerman Barat menang dengan margin satu atau dua gol atas Austria.
Benar saja, Jerman Barat menang 1-0 atas Austria dan kedua tim itu bisa lolos bersama serta melihat Aljazair tersingkir.
Fenomena “main mata” di Piala Dunia 1982 tersebut lantas beken dengan sebutan “Disgrace of Gijon”, mengacu kepada arena laga Jerman vs Austria di Stadion El Molinon, Gijon, Spanyol.
Kini, di Piala AFF U19 2022, timnas Indonesia tampak senasib dengan Italia di Euro 2004 dan Aljazair di Piala Dunia 1982.
"Dalam sepak bola, masing-masing tim itu harusnya ingin mencetak gol. Tapi, itu tidak kelihatan dari pertandingan tersebut," ujar Manajer Timnas U19, Endri Erawan, menyoal laga Vietnam vs Thailand.
"Saya berharap ada investigasi dari AFF untuk pertandingan tersebut. Kalau menurut AFF itu adalah fair ya sudah, tapi kalau menurut AFF itu adalah pertandingan yang tidak fair sudah sewajarnya perlu dipertimbangkan untuk kedua tim tersebut disikualifikasi,” ucapnya lagi.
Praktik “sepak bola biskuit” memang bakal terasa kejam untuk tim yang merasa menjadi korban.
Pelatih legendaris Ceko yang masyhur di Italia berkat sepak bola ultraofensif Zemanlandia, Zdenek Zeman, sangat tidak menyukai terminologi “biscotto”
“Biskuit? Itu terasa enak bersama susu untuk sarapan, tetapi tidak ada hubungannya dengan sepak bola,” ujar Zeman dalam kolomnya di La Gazzetta dello Sport ketika Euro 2020 berlangsung.
Menurut Zeman, tempat “biscotto” alias biskuit adalah di meja sarapan, bukan lapangan.
“Membicarakannya saja sudah terasa menyebalkan, salah, tidak bisa diterima,” kata Zeman yang kala itu mengomentari potensi “sepak bola biskuit” antara Italia dan Wales di laga terakhir Grup A Euro 2020.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.