"Thailand dan Vietnam mungkin takut dengan Indonesia, maka dari itu saya sedikit tersinggung."
Kejadian yang dialami pasukan asuhan Shin Tae-yong di ajang Piala AFF U19 2022 mirip-mirip dengan kisah pilu timnas Italia di Euro 2004.
Italia kala itu merasa jadi korban sepak bola biskuit alias biscotto antara Denmark dan Swedia.
Pada hari pertandingan terakhir Grup C Euro 2004 Italia butuh kemenangan atas Bulgaria sebagai pemenuhan salah satu syarat lolos ke fase perempat final.
Baca juga: Hasil Timnas U19 Indonesia Vs Myanmar: Menang Telak 5-1, Garuda Nusantara Tetap Gugur
Italia sukses mewujudkannya. Gli Azzurri menang 2-1 berkat gol Simone Perrotta dan Antonio Cassano.
Akan tetapi asa Italia lolos pupus karena syarat lain tak terpenuhi. Kedua rival Gli Azzurri, Denmark dan Swedia bermain imbang 2-2.
Skor imbang 2-2 itu bermakna Swedia dan Denmark lolos ke perempat final, sementara Italia yang juga punya poin total 5, mesti masuk kotak.
Setelah kejadian itu, terminologi “biscotti” atau “biscotto” dalam penyebutan tunggal, ramai bertebaran di media Italia.
Media Italia sering memakai terminologi “biscotto” untuk menggambarkan perjanjian main mata atau kompromi yang dilakukan dua tim untuk mencari aman dan mengubur harapan pesaing.
Secara harfiah, biscotto berarti biskuit. Awal mulanya, istilah ini dipakai di pacuan kuda.
Biskuit menjadi sarana untuk mengatur hasil pacuan kuda. Pemilik kuda yang diunggulkan menang akan memberi makan kuda pacunya biskuit berkandungan ilegal.
Baca juga: Timnas U19 Indonesia Gugur, Shin Tae-yong Tuding Vietnam dan Thailand Main Mata
Tujuannya adalah membuat performa si kuda unggulan merosot sehingga kuda lain yang tak diunggulkan bisa menang.
Nah, pada Euro 2004 Denmark dan Swedia dinilai mempraktikkan “biscotto” alias sepak bola biskuit untuk menyingkirkan Italia.
Temuan menarik dilaporkan oleh media asal Swedia, Offside, beberapa tahun setelah Euro 2004.
Pada saat pemanasan, personel Swedia, Erik Edman, kedapatan bertanya kepada sang rival asal Denmark, Daniel Jensen.