Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timnas Indonesia Gugur di Piala AFF U19 2022 dan Terminologi "Sepak Bola Biskuit"

Kompas.com - 11/07/2022, 13:20 WIB
Sem Bagaskara

Penulis

KOMPAS.com - Timnas Indonesia tersingkir menyakitkan dari Piala AFF U19 2022. Kegetiran timnas Indonesia mirip dengan Italia pada Euro 2004, yang merasa jadi korban “sepak bola biskuit

Timnas Indonesia asuhan Shin Tae-yong tersingkir secara menyakitkan di fase grup Piala AFF U19 2022 meski tak pernah kalah dan berstatus sebagai tim tertajam.

Pada laga terakhir Grup A Piala AFF U19 2022, timnas U19 Indonesia berpesta gol ke gawang Myanmar.

Laga timnas U19 Indonesia vs Myanmar yang berlangsung di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Minggu (10/7/2022) berakhir dengan skor 5-1.

Namun, kemenangan mantap itu bak tak berarti lantaran di tempat lain, yakni Stadion Madya, Jakarta, Vietnam dan Thailand berbagi skor 1-1.

Baca juga: Shin Tae-yong soal Regulasi Piala AFF U19: Kami Tidak Lolos, Ini Tidak Masuk Akal

Kombinasi hasil pada putaran pamungkas Grup A Piala AFF U19 2022 tersebut memaksa tuan rumah Indonesia mengepak koper lebih dini.

Pasalnya, syarat timnas Indonesia lolos ke semifinal Piala AFF U19 2022 adalah raihan kemenangan atas Myanmar yang dibarengi dengan kemunculan pemenang laga Vietnam vs Thailand.

Timnas Indonesia sejatinya juga bisa lolos ke semifinal apabila duel Vietnam vs Thailand berkesudahan 0-0. Namun, kans melaju ke empat besar jadi terkubur lantaran Vietnam bermain seri dengan melibatkan gol.

Dengan begitu, timnas Indonesia kalah agresivitas gol dalam “klasemen kecil” head-to-head dengan Vietnam dan Thailand.

Detail soal regulasi penentuan posisi klasemen akhir Grup A Piala AFF U19 2022 bisa dibaca di tautan ini.

"Memang head-to-head seperti ini sudah hilang ya kalau regulasi di FIFA dan AFC," tutur pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong, di konferensi pers usai laga kontra Myanmar yang turut dihadiri KOMPAS.com.

"Agak aneh karena masih ada di AFF. Kami tidak lolos ini tidak masuk akal."

Baca juga: Shin Tae-yong: Thailand dan Vietnam Mungkin Takut dengan Indonesia...

Shin Tae-yong pun ikut berkomentar soal laga Vietnam vs Thailand. Kedua rival Indonesia itu tampak menurunkan tempo dan tak berhasrat menyerang usai papan skor menunjuk angka 1-1.

Periode akhir pertandingan Vietnam vs Thailand juga sempat terhenti karena adanya kasus kram pemain.

"Harusnya persaingan kami fair play, tetapi nyatanya tidak seperti itu," ujar Shin Tae-yong.

"Thailand dan Vietnam mungkin takut dengan Indonesia, maka dari itu saya sedikit tersinggung."

Sepak Bola Biskuit

Kejadian yang dialami pasukan asuhan Shin Tae-yong di ajang Piala AFF U19 2022 mirip-mirip dengan kisah pilu timnas Italia di Euro 2004.

Italia kala itu merasa jadi korban sepak bola biskuit alias biscotto antara Denmark dan Swedia.

Pada hari pertandingan terakhir Grup C Euro 2004 Italia butuh kemenangan atas Bulgaria sebagai pemenuhan salah satu syarat lolos ke fase perempat final.

Baca juga: Hasil Timnas U19 Indonesia Vs Myanmar: Menang Telak 5-1, Garuda Nusantara Tetap Gugur

Italia sukses mewujudkannya. Gli Azzurri menang 2-1 berkat gol Simone Perrotta dan Antonio Cassano.

Akan tetapi asa Italia lolos pupus karena syarat lain tak terpenuhi. Kedua rival Gli Azzurri, Denmark dan Swedia bermain imbang 2-2.

Skor imbang 2-2 itu bermakna Swedia dan Denmark lolos ke perempat final, sementara Italia yang juga punya poin total 5, mesti masuk kotak.

Setelah kejadian itu, terminologi “biscotti” atau “biscotto” dalam penyebutan tunggal, ramai bertebaran di media Italia.

Media Italia sering memakai terminologi “biscotto” untuk menggambarkan perjanjian main mata atau kompromi yang dilakukan dua tim untuk mencari aman dan mengubur harapan pesaing.

Secara harfiah, biscotto berarti biskuit. Awal mulanya, istilah ini dipakai di pacuan kuda.

Biskuit menjadi sarana untuk mengatur hasil pacuan kuda. Pemilik kuda yang diunggulkan menang akan memberi makan kuda pacunya biskuit berkandungan ilegal.

Baca juga: Timnas U19 Indonesia Gugur, Shin Tae-yong Tuding Vietnam dan Thailand Main Mata

Tujuannya adalah membuat performa si kuda unggulan merosot sehingga kuda lain yang tak diunggulkan bisa menang.

Nah, pada Euro 2004 Denmark dan Swedia dinilai mempraktikkan “biscotto” alias sepak bola biskuit untuk menyingkirkan Italia.

Temuan menarik dilaporkan oleh media asal Swedia, Offside, beberapa tahun setelah Euro 2004.

Pada saat pemanasan, personel Swedia, Erik Edman, kedapatan bertanya kepada sang rival asal Denmark, Daniel Jensen.

“Apakah kita harus bermain 2-2?” kata Edman.

“Ya, kenapa tidak?” tutur sang bek Denmark menjawab, seperti dikutip The Guardian dari majalah Offside.

Edman lantas melanjutkan. “Oke, kalian kebobolan lebih dulu.”

Walau begitu, UEFA, organisator sepak bola Eropa, tak melakukan investigasi khusus untuk laga Denmark vs Swedia di Euro 2004.

“Tidak ada apa-apa sama sekali,” ujar juru bicara UEFA kala itu, Rob Faulkner, kepada BBC.

Baca juga: Vietnam Vs Thailand Diduga Match Fixing, PSSI Siap Adukan ke AFF

Praktik “sepak bola biskuit” tak cuma ada di Euro 2004. Jauh bertahun-tahun sebelumnya, Jerman Barat dan Austria dituding berkonspirasi untuk menyingkirkan Aljazair di Piala Dunia 1982.

Aljazair akan tersingkir dari putaran pertama Grup 2 Piala Dunia 1982 andai Jerman Barat menang dengan margin satu atau dua gol atas Austria.

Benar saja, Jerman Barat menang 1-0 atas Austria dan kedua tim itu bisa lolos bersama serta melihat Aljazair tersingkir.

Fenomena “main mata” di Piala Dunia 1982 tersebut lantas beken dengan sebutan “Disgrace of Gijon”, mengacu kepada arena laga Jerman vs Austria di Stadion El Molinon, Gijon, Spanyol.

Biskuit Saat Sarapan, Bukan di Lapangan

Kini, di Piala AFF U19 2022, timnas Indonesia tampak senasib dengan Italia di Euro 2004 dan Aljazair di Piala Dunia 1982.

"Dalam sepak bola, masing-masing tim itu harusnya ingin mencetak gol. Tapi, itu tidak kelihatan dari pertandingan tersebut," ujar Manajer Timnas U19, Endri Erawan, menyoal laga Vietnam vs Thailand.

"Saya berharap ada investigasi dari AFF untuk pertandingan tersebut. Kalau menurut AFF itu adalah fair ya sudah, tapi kalau menurut AFF itu adalah pertandingan yang tidak fair sudah sewajarnya perlu dipertimbangkan untuk kedua tim tersebut disikualifikasi,” ucapnya lagi.

Praktik “sepak bola biskuit” memang bakal terasa kejam untuk tim yang merasa menjadi korban.

Pelatih legendaris Ceko yang masyhur di Italia berkat sepak bola ultraofensif Zemanlandia, Zdenek Zeman, sangat tidak menyukai terminologi “biscotto

“Biskuit? Itu terasa enak bersama susu untuk sarapan, tetapi tidak ada hubungannya dengan sepak bola,” ujar Zeman dalam kolomnya di La Gazzetta dello Sport ketika Euro 2020 berlangsung.

Menurut Zeman, tempat “biscotto” alias biskuit adalah di meja sarapan, bukan lapangan.

“Membicarakannya saja sudah terasa menyebalkan, salah, tidak bisa diterima,” kata Zeman yang kala itu mengomentari potensi “sepak bola biskuit” antara Italia dan Wales di laga terakhir Grup A Euro 2020.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Internasional
Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Liga Indonesia
Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Liga Indonesia
Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Liga Indonesia
Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Liga Indonesia
Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Sports
Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Badminton
Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Liga Indonesia
5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

Timnas Indonesia
Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com