Chanathip sudah mendapatkan latihan perihal melakukan operan dan juggling bola dari sang ayah sejak berusia tiga tahun. Setelah memasuki usia sekolah, ia mulai dilatih mendribel bola dan melepaskan tembakan terarah.
Pemain berusia 28 tahun itu mengenang bahwa sang ayah sangat keras dan mudah marah ketika melatihanya.
”Ia tak segan menampar saya ketika saya tidak serius berlatih. Terkadang, ia harus bertengkar dengan ibu saya karena masalah itu,” kata Jay kepada FourFourTwo.
Baca juga: Thailand Vs Indonesia: di Balik Ciamiknya Aksi Chanathip di Piala AFF
Di sisi lain, Kongphop mengungkapkan bahwa dirinya sangat mengidolakan Diego Maradona. Ketika mengetahui istrinya mengandung seorang putra, ia selalu berdoa agar bisa memiliki putra yang mahir bermain sepak bola seperti sang idola.
Impiannya itu yang membawanya mendidik Chanathip teknik-teknik dasar bermain bola sejak usia dini.
Ia pun selalu mencari informasi di surat kabar untuk lokasi seleksi beasiswa sekolah sepak bola di Thailand. Pasalnya, sebagai pemilik kios permen, ia tidak memiliki cukup dana untuk memasukkan Chanathip ke akademi sepak bola elite.
”Saya selalu berusaha mendukung Chanathip di mana pun ia bermain. Dulu saya paling keras berteriak ketika ia bermain di level anak, sekarang saya bangga melihatnya bisa tampil di Jepang dan bergabung dengan Frontale,” tutur Kongphop dilansir media Thailand, Siam Sport.
Chanathip Songkrasin telah membuktikan pemain Asia Tenggara juga bisa bersaing di level tertinggi sepak bola Asia. Kerja keras dan kemauan keluar dari zona nyaman menjadi resepnya untuk tumbuh sebagai pesepak bola terbaik di Asia Tenggara saat ini.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.id dengan judul "Chanathip Songkrasin, Pemilik Kaki Termahal di Asia Tenggara" yang ditulis oleh Muhammad Ikhsan Mahar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.