Spurs sudah tak bisa melepas tembakan tepat sasaran selama dua jam plus 16 menit di Premier League, termasuk menghitung duel kontra Man United pada pekan ke-10 yang berujung dengan kekalahan 0-3.
Baca juga: Tottenham Pecat Nuno Espirito Santo, Nasib Lebih Apes dari Mourinho
Berbeda dengan Nuno, penguasaan bola tak memiliki makna tertinggi dalam kamus Conte.
Conte selama ini lekat dengan skema serangan balik cepat. Kecenderungan itu begitu terlihat saat Conte mengantar Inter Milan juara Liga Italia 2020-2021.
Preferensi bermain tersebut sempat memicu argumen sengit Conte dengan pelatih legendaris Italia yang kini bekerja sebagai pandit, Fabio Capello.
Conte lantas menjelaskan bahwa sepak bola racikannya yang sering dipahami sebagai contropiede alias serangan balik, sejatinya adalah partenze.
Partenze adalah sebuah kemampuan untuk melancarkan rangkaian operan mulus menjadi serangan mematikan, segera setelah tim memenangi penguasaan bola.
Sepak bola partenze membuat Conte sering dihujani kritik. Kendati demikian, pendekatan reaktif ala Conte terbukti efektif.
Conte nyaris selalu mampu menjawab tuntutan trofi dari setiap tim yang ia tangani, mulai dari Juventus, Chelsea, dan Inter Milan.
Sang pelatih asal Lecce itu juga dianggap memamerkan pertunjukan taktik memukau kala mengantar timnas Italia sampai perempat final Euro 2016.
Saat itu, Italia dinilai membawa materi pemain terjelek pada partisipasi mereka di ajang besar dalam puluhan tahun terakhir.
Bicara Conte, berarti membicarakan sepak bola yang penuh determinasi dan intensitas.
Eks anak asuh Conte di Inter Milan, Romelu Lukaku, pernah mengaku kepayahan kala melakoni sesi latihan awal bersama sang pelatih.
Fans Tottenham boleh optimistis kehadiran Conte akan menjadikan Harry Kane dkk lebih punya daya juang.
Saat ini, rata-rata total jarak jelajah per laga pilar Tottenham hanya sejauh 99 km, terendah di Liga Inggris 2021-2022.
Baca juga: 3 Hal yang Bikin Man United Ragu Tunjuk Conte sebagai Pengganti Solskjaer
Ketika Conte menukangi Chelsea pada 2016, ia mendongkrak posisi Chelsea dalam ranking jarak jelajah, dari urutan 17 pada musim sebelumnya menjadi ketiga terbaik.
Masalah lain Tottenham yang mungkin bisa teratasi oleh kedatangan Conte adalah kerapuhan sektor belakang.
Tottenham sudah jebol 16 kali dalam 10 pertandingan musim ini. Kestabilan di lini belakang selama ini menjadi landasan awal Conte dalam membentuk tim.
Ketika mulai menukangi Juventus pada 2011, Conte membentuk poros BBC (Andrea Barzagli, Leonardo Bonucci, dan Giorgio Chiellini) yang lantas berkembang menjadi salah satu partner defensif termasyhur di Eropa.
Resep serupa dipakai Conte dalam membangun Inter mulai tahun 2019, di mana ia memoles potensi trio Milan Skriniar, Stefan de Vrij, dan Alessandro Bastoni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.