Perubahan wajah Tottenham di bawah Conte bukan cuma menyangkut formasi, tapi juga masuk ranah filosofi.
Nuno Espirito Santo merupakan pemuja sepak bola berbasis penguasaan bola.
Ketika Spurs mencatat 62 persen penguasaan bola tapi gagal mengukir satu pun tembakan pada laga babak kedua derbi kontra West Ham beberapa waktu silam, Nuno ngotot berkata bahwa timnya bermain bagus.
Pada laga pekan ke-9 Liga Inggris itu, Nuno yang mendapati Spurs kalah 0-1, juga menyindir pelatih West Ham, David Moyes, yang cuma bisa mengkreasi peluang via serangan balik dan skema bola mati.
Pendekatan ala Nuno belum bekerja dengan baik bersama Tottenham.
Spurs sudah tak bisa melepas tembakan tepat sasaran selama dua jam plus 16 menit di Premier League, termasuk menghitung duel kontra Man United pada pekan ke-10 yang berujung dengan kekalahan 0-3.
Baca juga: Tottenham Pecat Nuno Espirito Santo, Nasib Lebih Apes dari Mourinho
Berbeda dengan Nuno, penguasaan bola tak memiliki makna tertinggi dalam kamus Conte.
Conte selama ini lekat dengan skema serangan balik cepat. Kecenderungan itu begitu terlihat saat Conte mengantar Inter Milan juara Liga Italia 2020-2021.
Preferensi bermain tersebut sempat memicu argumen sengit Conte dengan pelatih legendaris Italia yang kini bekerja sebagai pandit, Fabio Capello.
Conte lantas menjelaskan bahwa sepak bola racikannya yang sering dipahami sebagai contropiede alias serangan balik, sejatinya adalah partenze.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.