Sebab, keduanya muncul ke permukaan dan ramai dibicarakan satu hari sebelum UEFA menggelar kongres untuk membahas perubahan format Liga Champions.
Baca juga: Piala Eropa, Rencana UEFA untuk 12 Stadion Penyelenggara bila Pandemi Masih Belum Terkendali
Wacana mengenai European Super League atau Liga Super Eropa sebenarnya sudah mulai terdengar sejak 2018.
Beberapa klub elite Eropa dikabarkan ingin "membuat" kompetisi sendiri untuk menandingi Liga Champions.
Salah satu tujuan dari pembentukan Liga Super Eropa yang kerap disebut adalah klub ingin meraup keuntungan lebih besar dari hak siar maupun iklan.
Hingga saat ini, format European Super League sebenarnya masih simpang siur meskipun beberapa media Eropa sudah memberitakan hasil dari dokumen yang bocor.
Dikutip dari situs Marca, Liga Super Eropa rencananya akan diikuti oleh 20 tim peserta dengan rincian 15 tim pendiri dan lima tim lainnya.
Uniknya, 15 tim pendiri itu dipastikan terbebas dari degradasi. Adapun lima tim lainnya akan dirotasi bergantung pada performa.
Total 20 tim tersebut kemudian akan dibagi ke dua grup yang berbeda untuk memainkan pertandingan kandang-tandang.
Tiga tim teratas dari masing-masing grup nantinya akan lolos otomatis ke perempat final.
Adapun dua slot perempat final lainnya akan diperebutkan oleh tim penghuni peringkat empat dan lima dari masing-masing grup.
Setelah itu, Liga Super Eropa akan dilanjutkan dengan fase gugur yang menggunakan format kandang-tandang sampai tersisa dua tim finalis.
Baca juga: Rencana Bartomeu untuk Liga Super Eropa Ditebas oleh Presiden LaLiga
Menurut situs Marca, jadwal pertandingan Liga Super Eropa akan dimainkan setiap tengah pekan, seperti layaknya Liga Champions.
Terkait keuntungan finansial dari Liga Super Eropa, New York Times mengklaim setiap tim akan mendapatkan 400 juta dollar Amerika Serikat atau Rp 5,8 triliun hanya dari partisipasi.
Angka itu empat kali lebih banyak dari hadiah yang dibawa pulang oleh tim pemenang Liga Champions musim 2019-2020.
Dikutip dari situs ESPN, perusahaan asal Amerika Serikat, JP Morgan, dikabarkan siap mengucurkan dana sebesar enam miliar dollar AS atau sekitar Rp 87 triliun agar Liga Super Eropa bisa berjalan.
Dikutip dari berbagai sumber, Liga Super Eropa dijadwalkan dimulai pada musim 2023-2024 jika sesuai dengan rencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.