Boy bermain bersama Persipura selama satu musim. Di bawah arahan Suharno, Boy mampu mencetak tiga gol.
Setelahnya, Boy diminta oleh Indra Thohir untuk pulang ke Persib.
Indra Thohir yang kembali melatih Persib pada Liga Indonesia musim 2005 sangat membutuhkan sosok Boy untuk menambah daya dobrak di lini serang.
Terlebih, karakter permainan Boy yang ngotot sangat cocok dengan gaya permainan yang diusung oleh Indra Thohir.
Sebagai seorang pelatih, Indra Thohir memang terkenal gemar dengan pemain yang punya determinasi tinggi di lapangan, untuk memuluskan gaya permainan agresif yang diusung.
Pulang ke Persib, Boy langsung mendapatkan tempat utama. Kala itu, dia di plot menjadi tandem bagi Ekene Ikenwa.
Boy pun menjalankan perannya dengan baik. Kengototannya seringkali membuat lini pertahanan lawan kalang kabut.
Selain itu, meski berpostur kecil, Boy tak pernah ciut nyali untuk berduel dengan lawan yang posturnya lebih besar.
Boy mengatakan, kengototan yang menjadi karakter bermainnya tumbuh dengan sendirinya.
Boy adalah orang yang sangat tidak menyukai kekalahan, sehingga dia akan berusaha segenap tenaga untuk bisa membawa tim yang dibelanya meraih kemenangan.
Selain itu, Boy juga memiliki sebuah prinsip ketika bermain untuk sebuah klub, dia harus memberikan seratus persen kemampuannya.
Terlebih lagi ketika membela Persib yang merupakan klub kota kelahirannya.
Baca juga: Akui Dihubungi PSMS, Ghozali Prioritaskan Bertahan di Persib
"Ya kalau saya punya prinsip begini, ketika saya memakai seragam sebuah klub, saya datang ke lapangan ada orang yang mengeluarkan sesuatu untuk dia tonton. Oleh karena itu, setiap penampilan saya di lapangan harus bisa membayar apa yang sudah penonton keluarkan," tutur Boy.
"Satu sisi juga setiap pertandingan adalah final buat saya, jadi rasa tidak mau kalah, rasa ingin selalu menang, itulah yang membentuk karakter saya," tutur dia.
Tidak hanya dikenal ngotot dan agresif, Boy juga terkenal karena emosinya yang tinggi ketika di lapangan.