Karier Robert di sepak bola Asia berlanjut di Korea Selatan. Saat itu, dia menangani Timnas Korsel U-19 dari tahun 2002 hingga 2004. Pada 2007, Robert melatih Malaysia U-19 sebelum akhirnya direkrut Sarawak FA.
Usai satu musim membesut Sarawak, Robert kembali berpetualang. Kali ini, tujuannya adalah Indonesia.
Sejak masih menangani Kedah, Robert mengakui sudah beberapa kali datang ke Indonesia. Pasalnya, Kedah cukup sering menjalani sesi pramusim di Indonesia.
Robert sangat antusias dengan sepak bola Indonesia. Dia melihat bagaimana gairah masyarakat Indonesia terhadap sepak bola begitu tinggi.
Keinginan untuk menjajal karier di Indonesia pun mulai tertanam dalam tekadnya.
"Itu yang kemudian memberi saya dorongan untuk mencoba kesempatan melatih di Indonesia saat itu. Karena meski hanya sekedar latih tanding, tapi para suporter tetap memberikan semangat di belakang tim dan itu kesan bagus dari saya untuk sepakbola Indonesia," ungkap Robert.
Kendati demikian, baru pada tahun 2009 Robert akhirnya bisa mewujudkan keinginannya. Awal mula dia bisa melatih di Indonesia karena koneksi yang dia punya dengan salah satu mantan pemain asing yang pernah bermain di Indonesia.
Oleh pemain tersebut, Robert pun dikenalkan kepada Onana Jules. Dari sana, proses komunikasi terus terjalin, hingga akhirnya Robert mendapat pekerjaan di Indonesia untuk menangani Arema Indonesia.
"Kami juga berteman dan dari sana saya mendapat tawaran untuk menjadi pelatih Arema di Malang dan setelah itu kami berdiskusi. Dan itu yang menjadi pendorong saya akhirnya menjadi pelatih di Indonesia di Malang," tutur Robert.
Tangan dinginnya kembali bertuah di Indonesia
Berkiprah di Indonesia, menjadi tantangan tersendiri bagi Robert. Pasalnya, tidak banyak pelatih asing di Indonesia yang menuai kesuksesan, terlebih pada musim pertamanya melatih. Akan tetapi, tangan dingin Robert dalam melatih bertuah di klub berjulukan Singo Edan itu.
Dengan skuad yang dipenuhi para pemain muda, Arema berhasil meraih gelar juara Liga Super Indonesia musim 2009-2010.
"Lalu saya berhasil meraih gelar juara bersama Arema. Itu adalah awal yang bagus dan saya cukup beruntung bisa mendapat hasil yang bagus pula. Meraih gelar juara bersama Arema bisa dikatakan tidak saya duga dan itu jadi ingatan yang tidak bisa dilupakan," ucap Robert.
Pada tahun berikutnya, petualangan Robert di sepak bola Indonesia berlanjut bersama PSM Makassar. Sayangnya, pada saat itu sepak bola Indonesia dirundung masalah dualisme kepengurusan PSSI.
Hal yang juga membuat terjadinya dualisme kompetisi, Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia.
Dengan kondisi tersebut, Robert pun memilih kembali ke Malaysia dan menukangi Sarawak FA.
Dalam empat musim selanjutnya, nama Robert mulai menghilang dari peredaran di sepak bola Indonesia. Sebab, dalam kurun waktu 2011 hingga 2015 dia memilih bertahan di Malaysia.
Pada 2016 Robert kembali ke Indonesia, tepatnya kembali ke PSM. Saat itu dia datang sebagai pelatih pengganti dari Luciano Leandro yang didepak manajemen klub berjulukan Juku Eja itu.
Sepeninggal Robert, pamor PSM sebagai salah satu kesebelasan papan atas sepak bola Indonesia sempat meredup.
Juku Eja lebih sering mengakhiri kompetisi di posisi papan tengah. Akan tetapi, sejak Robert kembali, PSM kembali menunjukkan taringnya sebagai kesebelasan papan atas Indonesia.