Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Robert Alberts Mengenai Persinggungannya dengan Sepak Bola Asia

BANDUNG, KOMPAS.com -  Robert Rene Alberts bukanlah sosok asing di pentas sepak bola Asia, terutama Asia Tenggara.

Pria berkebangsaan Belanda itu sudah menjajal karier kepelatihannya di sepak bola Asia sejak 1992.

Dalam kurun waktu tersebut, Robert sudah melatih sejumlah klub besar di Malaysia, Singapura, hingga Indonesia.

Robert bercerita, persinggungannya dengan sepak bola Asia dimulai saat dia menerima pinangan Kedah FA pada 1992.

Alasannya menerima tawaran tersebut, karena manajemen klub memiliki visi dan misi yang sejalan dengannya dalam mencapai prestasi di sepak bola.

Eks-pemain Ajax itu sangat menikmati setiap musim yang dia jalani bersama Kedah, yang saat itu bermain di Liga Primer Malaysia (divisi 2 kompetisi Malaysia).

Pasalnya, manajemen tim sangat mendukung segala upaya Robert dalam memajukan tim. Dia pun mendapatkan keleluasaan dalam merekrut setiap pemain yang dibutuhkan oleh tim.

"Ketika saya datang ke Malaysia, dan memulai karir pelatih bersama Kedah pada 1992, ini adalah awal dari sepakbola profesional di Asia Tenggara. Saya senang bisa menjadi bagian dari masa itu, antusiasmenya dan klub juga punya rencana bagus untuk masa depan," kata Robert, saat dihubungi wartawan belum lama ini.

"Mereka banyak menyiapkan dana dan merekrut banyak pemain asing yang bagus untuk Kedah. Saya juga mendapat keleluasaan untuk mendatangkan pemain asing yang bagus, disana juga ada banyak pemain lokal yang bagus," sambung dia.

Dengan kepercayaan penuh dari manajemen, Robert pun sukses membentuk Kedah sebagai tim yang disegani di Malaysia.

Buktinya, Robert sukses membawa Kedah juara Liga Primer Malaysia musim 1992. Melalui prestasi tersebut, Kedah pun promosi ke Liga Super Malaysia, yang merupakan kompetisi strata utama.

Tidak sampai di sana, kiprah Kedah setelah promosi ke Liga Super Malaysia benar-benar mengagumkan.

Gelar ganda dalam ajang Liga Super Malaysia dan Piala Malaysia berhasil diraih Robert bersama Kedah pada musim 1993.

Pada musim berikutnya, Kedah memang gagal mempertahankan gelar tersebut.

Akan tetapi, mereka tetap memegang status sebagai tim papan atas. Pasalnya, pada akhir musim 1994, Kedah mampu menjadi runner-up Liga Super malaysia.

"Dari sana saya juga mulai belajar mengenai sepakbola di Asia Tenggara, mentalitasnya, dan ternyata tidak buruk. Saya teringat pada tahun 1993-1994, Malaysia saat itu menempati posisi 78 di peringkat FIFA. Jadi itu posisi yang tidak terlalu buruk," ungkap Robert.

"Dan sebagai contoh, saya bersama Kedah pernah mendapat hasil bagus. Juara tanpa terkalahkan dan catatan positif lainnya. Lalu manajemen memberi kebebasan untuk menggelar pemusatan latihan pada pramusim," imbuh dia.

Kebersamaan Robert bersama Kedah berakhir pada 1995. Setelah itu, dia memutuskan hijrah ke Singapura dengan membesut Tanjong Pagar United.

Prestasi lagi-lagi ditelurkan Robert. Bersama klub berjulukan The Jaguar itu, Robert berhasil meraih gelar juara dalam ajang Piala Liga Singapura dan Piala FA Singapura 1998.

Setelah itu, kariernya di Singapura berlanjut bersama Home United. Di klub yang kini bernama Lion City Sailors FC itu, Robert berhasil menyumbangkan gelar juara Liga Singapura musim 1999.

Karier Robert di sepak bola Asia berlanjut di Korea Selatan. Saat itu, dia menangani Timnas Korsel U-19 dari tahun 2002 hingga 2004. Pada 2007, Robert melatih Malaysia U-19 sebelum akhirnya direkrut Sarawak FA.

Usai satu musim membesut Sarawak, Robert kembali berpetualang. Kali ini, tujuannya adalah Indonesia.

Sejak masih menangani Kedah, Robert mengakui sudah beberapa kali datang ke Indonesia. Pasalnya, Kedah cukup sering menjalani sesi pramusim di Indonesia.

Robert sangat antusias dengan sepak bola Indonesia. Dia melihat bagaimana gairah masyarakat Indonesia terhadap sepak bola begitu tinggi.

Keinginan untuk menjajal karier di Indonesia pun mulai tertanam dalam tekadnya.

"Itu yang kemudian memberi saya dorongan untuk mencoba kesempatan melatih di Indonesia saat itu. Karena meski hanya sekedar latih tanding, tapi para suporter tetap memberikan semangat di belakang tim dan itu kesan bagus dari saya untuk sepakbola Indonesia," ungkap Robert.

Kendati demikian, baru pada tahun 2009 Robert akhirnya bisa mewujudkan keinginannya. Awal mula dia bisa melatih di Indonesia karena koneksi yang dia punya dengan salah satu mantan pemain asing yang pernah bermain di Indonesia.

Oleh pemain tersebut, Robert pun dikenalkan kepada Onana Jules. Dari sana, proses komunikasi terus terjalin, hingga akhirnya Robert mendapat pekerjaan di Indonesia untuk menangani Arema Indonesia.

"Kami juga berteman dan dari sana saya mendapat tawaran untuk menjadi pelatih Arema di Malang dan setelah itu kami berdiskusi. Dan itu yang menjadi pendorong saya akhirnya menjadi pelatih di Indonesia di Malang," tutur Robert.

Tangan dinginnya kembali bertuah di Indonesia

Berkiprah di Indonesia, menjadi tantangan tersendiri bagi Robert. Pasalnya, tidak banyak pelatih asing di Indonesia yang menuai kesuksesan, terlebih pada musim pertamanya melatih. Akan tetapi, tangan dingin Robert dalam melatih bertuah di klub berjulukan Singo Edan itu.

Dengan skuad yang dipenuhi para pemain muda, Arema berhasil meraih gelar juara Liga Super Indonesia musim 2009-2010.

"Lalu saya berhasil meraih gelar juara bersama Arema. Itu adalah awal yang bagus dan saya cukup beruntung bisa mendapat hasil yang bagus pula. Meraih gelar juara bersama Arema bisa dikatakan tidak saya duga dan itu jadi ingatan yang tidak bisa dilupakan," ucap Robert.

Pada tahun berikutnya, petualangan Robert di sepak bola Indonesia berlanjut bersama PSM Makassar. Sayangnya, pada saat itu sepak bola Indonesia dirundung masalah dualisme kepengurusan PSSI.

Hal yang juga membuat terjadinya dualisme kompetisi, Liga Super Indonesia dan Liga Primer Indonesia.

Dengan kondisi tersebut, Robert pun memilih kembali ke Malaysia dan menukangi Sarawak FA.

Dalam empat musim selanjutnya, nama Robert mulai menghilang dari peredaran di sepak bola Indonesia. Sebab, dalam kurun waktu 2011 hingga 2015 dia memilih bertahan di Malaysia.

Pada 2016 Robert kembali ke Indonesia, tepatnya kembali ke PSM. Saat itu dia datang sebagai pelatih pengganti dari Luciano Leandro yang didepak manajemen klub berjulukan Juku Eja itu.

Sepeninggal Robert, pamor PSM sebagai salah satu kesebelasan papan atas sepak bola Indonesia sempat meredup.

Juku Eja lebih sering mengakhiri kompetisi di posisi papan tengah. Akan tetapi, sejak Robert kembali, PSM kembali menunjukkan taringnya sebagai kesebelasan papan atas Indonesia.

Sejak 2016, Robert membangun fondasi skuad yang kokoh bagi PSM. Hasilnya terlihat dalam dua musim kiprah PSM di kompetisi Liga 1.

Dalam rentang waktu 2017 hingga 2018, PSM berstatus sebagai pemburu gelar paling potensial di kompetisi.

Sayangnya, gelar juara di kompetisi belum bisa mereka raih. Dalam Liga 1 2017, PSM harus puas menempati posisi ketiga pada tabel klasemen akhir kompetisi. Sementara pada musim berikutnya, PSM menjadi runner-up.

"Namun saya kembali ke Indonesia dan ke PSM, karena tugas saya saat meninggalkan Makassar saat itu belum selesai," tutur Robert.

"Sayangnya pada dua musim berikutnya (setelah kembali ke PSM) tepatnya di musim 2018, semua tahu PSM yang pada prinsipnya menjadi juara tapi karena sesuatu hal kami gagal juara," sambung dia.

Pada awal musim 2019, Robert pindah ke Persib Bandung. Prestasi pada musim pertamanya bersama klub berjulukan Maung Bandung itu memang tidak terlalu bagus.

Robert hanya mampu membawa Persib finish di urutan keenam dalam tabel akhir klasemen Liga 1 2019.

Meski begitu, ada hal yang mesti dimaklumi dari pencapaian tersebut. Pasalnya, Robert datang ke Persib, tepat beberapa pekan sebelum kompetisi digelar.

Robert tidak punya waktu untuk mengubah komposisi tim dan memainkan pramusim yang ideal.

Kiprah Persib pada putaran pertama Liga 1 2019 bisa dibilang mengkhawatirkan. Mereka hampir tak pernah beranjak dari posisi papan tengah di tabel klasemen. Situasi mulai berubah pada jendela transfer tengah musim.

Perombakan skuad mulai dilakukan Robert, dan Persib mulai bangkit. Perlahan namun pasti, Maung Bandung berhasil naik ke papan atas.

Mereka bahkan sempat digadang-gadang bakal menjadi runner-up kompetisi.

Sayangnya, sejumlah hasil minor pada akhir musim membuat Persib tersisih dari papan atas, hingga mereka harus puas mengakhiri kompetisi di urutan keenam.

Sampai dengan saat ini Robert masih menangani Persib. Potensi dia untuk berprestasi bersama Maung Bandung cukup besar. Terlebih setelah Persib mampu menunjukkan performa impresif pada awal musim Liga 1 2020.

Persib berhasil menyapu bersih tiga pertandingan awal Liga 1 2020 dengan kemenangan. Untuk sementara, Maung Bandung pun menjadi pemuncak klasemen Liga 1 2020 dengan poin sempurna, sembilan.

Sayangnya, penyelenggaraan kompetisi sedang ditangguhkan karena wabah virus corona. Rencananya Liga 1 2020 akan dilanjutkan pada September 2020 mendatang.

Robert menegaskan, saat kompetisi kembali digelar, tekadnya adalah mempertahankan performa impresif Persib awal musim, hingga mimpi untuk juara bersama Persib tercapai.

"Dari sana kamu belajar apa yang terjadi di masa lalu, ingatan paling indah tentu ketika memenangi gelar juara. Meraih gelar juara adalah hal yang paling luar biasa dari setiap pelatih di dalam klub. Dan ini yang ingin saya dapat bersama Persib," tegas Robert.

https://bola.kompas.com/read/2020/06/19/16300038/cerita-robert-alberts-mengenai-persinggungannya-dengan-sepak-bola-asia

Terkini Lainnya

Hasil Persik Vs PSS 4-4, Diwarnai Hattrick Tendangan Penalti

Hasil Persik Vs PSS 4-4, Diwarnai Hattrick Tendangan Penalti

Liga Indonesia
'Bocoran' Grup WhatsApp Timnas U23 soal Kembalinya Nathan

"Bocoran" Grup WhatsApp Timnas U23 soal Kembalinya Nathan

Timnas Indonesia
Persib Bandung Vs Borneo FC, Maung Cari Cara Bongkar Pertahanan Pesut Etam yang Minim Kebobolan

Persib Bandung Vs Borneo FC, Maung Cari Cara Bongkar Pertahanan Pesut Etam yang Minim Kebobolan

Liga Indonesia
Persib Bandung Vs Borneo FC, Disebut-sebut Layaknya Derby

Persib Bandung Vs Borneo FC, Disebut-sebut Layaknya Derby

Liga Indonesia
Pernyataan Ini Bukti STY Tidak Setengah Hati Lawan Korsel

Pernyataan Ini Bukti STY Tidak Setengah Hati Lawan Korsel

Timnas Indonesia
Pelatih Korea Selatan Ungkap Kekuatan Timnas U23 Indonesia

Pelatih Korea Selatan Ungkap Kekuatan Timnas U23 Indonesia

Timnas Indonesia
Mantan Wasit Liga 1 Pimpin Laga Indonesia Vs Korsel

Mantan Wasit Liga 1 Pimpin Laga Indonesia Vs Korsel

Timnas Indonesia
Isi Hati Shin Tae-yong Jelang Menghadapi Negara Kelahirannya

Isi Hati Shin Tae-yong Jelang Menghadapi Negara Kelahirannya

Timnas Indonesia
Daftar Tim dan Jadwal Pertandingan PLN Mobile Proliga 2024

Daftar Tim dan Jadwal Pertandingan PLN Mobile Proliga 2024

Sports
Indonesia Vs Korea Selatan, STY Sebetulnya Ingin Melawan Jepang

Indonesia Vs Korea Selatan, STY Sebetulnya Ingin Melawan Jepang

Timnas Indonesia
Hasil Persebaya Vs Bali United 0-2, Irfan Jaya dkk ke Championship Series

Hasil Persebaya Vs Bali United 0-2, Irfan Jaya dkk ke Championship Series

Liga Indonesia
Rizky Ridho Cerita Assist ke Witan, Hasil Amarah Shin Tae-yong

Rizky Ridho Cerita Assist ke Witan, Hasil Amarah Shin Tae-yong

Timnas Indonesia
Kelebihan dan Kekurangan Timnas U23 Korsel di Mata Jurnalis Korea

Kelebihan dan Kekurangan Timnas U23 Korsel di Mata Jurnalis Korea

Timnas Indonesia
Siaran Langsung & Jadwal Tim Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

Siaran Langsung & Jadwal Tim Indonesia di Thomas dan Uber Cup 2024

Badminton
Indonesia Vs Korea Selatan, Gelandang Korsel Puji Gaya Bermain Garuda Muda

Indonesia Vs Korea Selatan, Gelandang Korsel Puji Gaya Bermain Garuda Muda

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke