Namun, peruntungannya di negara lain tak sesukses di tanah kelahiran sendiri.
Sukur hanya mencetak 9 gol dari 44 penampilan di Liga Italia bersama ketiga klub tadi sementara ia hanya bermain 9 kali dan mencetak dua gol bersama Blackburn.
Baca juga: Kakak Beradik Emas, Inzaghi Bersaudara Menggebrak Serie A dan Serie B
Hakan Sukur memutuskan untuk terjun ke dunia politik tiga tahun setelah ia pensiun.
Pada 2011, Sukur menjadi anggota Parlemen Turki sebagai bagian dari partai AKP Erdogen mewakili distrik kedua di Provinsi Istanbul.
Namun, ia meninggalkan partai tersebut setelah hanya hanya dua tahun dan menempuh jalur independen.
Akan tetapi, pria kelahiran 1 September 1971 ini juga mempunyai ikatan dengan Fethullah Gulen, seorang cendekiawan Muslim yang juga menjadi rival Erdogan.
Presiden Turki itu secara gamblang menyatakan bahwa Gulen bersama para pendukungnya menjadi motor di balik usaha kudeta pada 2016 dan dicap sebagai gerakan teroris.
Baca juga: Pernah Main di Inter Milan, Hakan Sukur Kini Jadi Sopir Taksi Uber
Pada Februari 2016, pemerintahan Turki mengeluarkan perintah penangkapan terhadap Sukur setelah dia menghina Presiden Erdogan di Twitter.
Sukur kemudian melarikan diri dari Turki dan mengasingkan diri di Amerika Serikat.
"Ketika saya pergi, mereka menangkap ayah saya dan menyita semuanya."
"Saya tidak punya apa-apa lagi. Erdogan telah merampas semuanya: hak untuk merdeka, berekspresi, dan bekerja," kata Sukur kepada media asal Jerman, Welt am Sonnt.
"Di Amerika saya membuka sebuah restoran. Akan tetapi, terkadang ada orang-orang aneh datang dan mereka memainkan musik Dombra."
Sukur menganggap kejadian itu sebagai provokasi karena musik Dombra didaulat oleh partai AKP sebagai musik asli Turki.
"Kini, saya menyetir bagi Uber dan menjual buku," tutur Sukur.
Pria yang kini berusia 48 tahun itu telah menolak segala tudingan yang mengarah kepadanya.
"Saya dituduh sebagai kaki tangan sebuah upaya kudeta? Jika demikian, apa peran saya?"
"Sampai sekarang tidak ada yang menjelaskannya kepada saya. Di negara saya, saya hanya melakukan sesuatu yang tidak melanggar hukum. Saya musuh pemerintah, bukan musuh negara. Saya mencintai Turki," ujar Sukur lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.