Keduanya berupaya menghindari topik pembicaraan di luar sepak bola.
“Saya bisa saja berbicara tentang politik tetapi itu bukan waktu yang tepat. Itu adalah Piala Dunia. Itu bukan tempat yang tepat," kata Talebi.
Sampson secara khusus diperintahkan untuk berhati-hati dengan kata-katanya.
"FIFA dan federasi sepakbola AS meminta saya untuk tidak mempolitisasi pertandingan," katanya.
“Mereka tidak ingin saya menanamkan kekerasan dan menjadikannya lebih dari apa adanya. Tapi olahraga dan politik saling terkait. Fakta bahwa kami memiliki warga Amerika yang ditawan oleh pemerintah Iran untuk jangka waktu yang lama," ucap Sampson.
"Saya sudah cukup umur untuk tahu tentang itu dan memahaminya. Tapi sebagian besar pemain terlalu muda untuk menghargai pentingnya hal itu terjadi," kata dia.
Dalam laga di Lyon, AS bertindak sebagai tim tuan rumah, sedangkan Iran sebagai tim tamu.
Menurut peraturan FIFA, tim tamu harus berjalan menuju tim tuan rumah saat sesi jabat tangan sebelum pertandingan.
Namun, Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei dilaporkan memberikan perintah tegas bahwa tim Iran tidak boleh berjalan melewati para pemain timnas AS.
Baca juga: Di Balik Sikap Trump yang Akhirnya Pilih Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran...
Perangkat pertandingan bernegosiasi dengan tim AS. Akhirnya, tim negeri Paman Sam yang berjalan menuju pemain Iran.
Selama seremonial jelang laga yang ditata dengan sangat hati-hati, para pemain Iran sempat menghadiahkan mawar putih kepada lawan mereka itu sebagai simbol perdamaian.
Pemain kedua tim sempat berbaur dan berfoto bersama.
"Saya akan ingat foto itu selama sisa hidup saya," kata Talebi.
“Kami bukan musuh. Kita bisa bermain bersama, saling menghormati, saling berjabat tangan, bertukar selamat, dan beralih ke permainan berikutnya"
"Kami melakukan yang terbaik untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa kami memiliki sejarah membanggakan untuk diri kami sendiri. Kami tidak ada di sana untuk bertarung. Kami ada di sana untuk pertandingan olahraga," pungkas Talebi.