Asal-usul kata "Jebreet" sebetulnya tidak lepas dari masa kecil Valentino Simanjuntak.
"Saya dulu pernah bermain di daerah Srengseng Sawah, Jagakarsa. Kami kalau bermain setiap sore tidak menggunakan alas kaki di lapangan bola voli. Saya kan pendatang dari Sumatra, sementara teman-teman anak Betawi," kata Valen.
"Setiap menendang kencang, teman saya bilang: 'Kamu jebreeetin saja kipernya, terus di-jebreeetin saja.' Jadi, itu sebenarnya kata yang ada di memori otak saya dari kecil," ucap Valentino Simanjuntak.
Gaya heboh dan berbeda tidak jarang membuat Valent diterpa kritik, baik dari rekan seprofesi atau publik. Namun, dia tidak peduli dan tetap mempertahankan gayanya.
"Ada juga kok yang menyukai cara saya. Jadi, menurut saya masih ada pro dan kontra, belum absolut. Saya hanya berpikir kenapa tidak menciptakan kata sendiri daripada mengikuti orang melulu," tutur Valen.
Bukan tanpa alasan Valentino Simanjuntak mempertahankan gayanya. Dia menilai tidak ada yang baku saat memandu pertandingan sepak bola.
"Ungkapan peluang emas dibuat oleh manusia yang sebelumnya tidak mengenal istilah itu. Tidak ada yang baku sebenarnya," ujar Valen.
"Jadi, saya ubah dan hal itu kemudian memancing penonton yang tidak menyukai bola. Akhirnya malah mulai banyak tertarik menonton bola, termasuk dari kalangan ibu-ibu dan anak-anak," katanya melanjutkan.
Anak-anak dan ibu-ibu jadi suka menyaksikan acara sepak bola yang dipandunya, terutama kaum perempuan dan anak-anak. Namun, menurut Valent, tidak demikian halnya dengan haters.
"Di Indonesia sekarang secara geografis dan statistik, penduduk paling banyak itu berusia muda, perempuan, dan netizen. Anak muda dan perempuan inilah yang paling banyak berhasil terambil hati dan pikirannya untuk menonton 'Jebreeet'," kata Valent.
"Sementara itu, yang marah memang orang itu sudah lama berkecimpung di dunia sepak bola," papar Valen.
Saat memandu pertandingan, Valent tidak hanya "menjual" kehebohan. Dia berusaha membangun hal positif saat bertugas.
"Setiap mendapatkan kesempatan untuk bisa membawakan acara, terutama timnas Indonesia, yang saya utamakan adalah timnas berprestasi," ujar dia.
"Kedua, saya mengajak masyarakat yang tadinya pesimistis untuk menjadi optimistis. Kemudian mencoba mengajak mereka untuk tahu dalamnya sepak bola kita," kata Valen.
Dari memandu pertandingan, terutama laga timnas Indonesia, Valentino Simanjuntak ingin mewujudkan impiannya. Seperti halnya pencinta sepak bola Indonesia, dia ingin melihat Tim Merah Putih berlaga di Piala Dunia.
"Sekarang, saya sudah pernah merasakan bagaimana cara membawakan acara timnas pada saat menjadi juara, walaupun belum di level timnas senior. Mudah-mudahan, kelak bisa kesampaian mengomentari timnas senior ke Piala Dunia," ucap Valent.
Valent pun membagikan tips bagi mereka yang tertarik menjadi presenter. Dia menilai presenter adalah profesi yang sangat membanggakan dan menjanjikan.
"Presenter ada dua jenis. Jenis pertama yang mendapatkan penghasilan tetap, contohnya presenter-presenter berita. Ada juga mendapatkan penghasilannya per acara atau per episode.," kata pembawa acara Liga 1 itu.
"Kalau kita sudah sampai di titik mempunyai ciri khas sehingga orang memanggil kita karena ciri khas tersebut, percayalah bahwa pengorbanan dahulu tidak sia-sia," tuturnya.
Sebelum mencapai hal tersebut, setiap orang harus berusaha dan tak boleh menyerah.
"Jangan pernah menyerah untuk mengejar mimpi," kata Valent
"Ketika mimpi tersebut bisa dicapai, percayalah, kebahagiaan itu bukan hanya buat diri sendiri, tetapi juga bisa membahagiakan orang lain," tuturnya.
Jebreeet....
Berikut adalah sebagian istilah Bung Jebreet ketika mengomentari pertandingan seperti dikutip dari BolaSport.com: