Kolom Gita Suwondo: Rivalitas Berlanjut
Tajuknya mungkin sangat biasa. Derbi Manchester. Perebutan kekuasaan siapa yang terbaik di Manchester antara The Red of Manchester menghadapi tetangga “berisik” mereka, The Blue of Manchester.
Sudah jadi tontonan wajib warga Manchester dan juga penggemar Premier League di seluruh jagat untuk setidaknya dua kali dalam semusim menyaksikan laga yang kedua pihak merasa wajib untuk meraih nilai penuh demi memuaskan rasa persaingan di antara kedua pendukung mereka, terlepas apakah pada akhir musim akan juara atau tidak.
Musim ini, tajuk itu jadi jauh lebih dari sekadar derbi. Ini laga lanjutan perseteruan baik dalam arti sebenarnya maupun dalam arti persaingan prestasi di lapangan hijau, antara kedua manajer anyar kedua klub ini.
Jose Mourinho yang sudah malang melintang di sepak bola Inggris dengan tiga gelar Premier League, berhadapan dengan Pep Guardiola, muka baru jika bicara jajaran manajer di liga terkaya di dunia ini.
Perseteruan yang sudah terjadi sejak musim 2009 -20 10 ketika Pep yang sangat favorit mempertahankan gelar Liga Champions bagi Barcelona, disingkirkan oleh Mou lewat strategi parkir busnya yang diterapkan secara sempurna oleh para pemain Inter Milan. Inter kemudian meraih treble musim itu.
Persaingan terus berlanjut saat Si Mulut Besar menangani Real Madrid selama tiga musim dan sang master Tiki Taka masih menangani Barcelona hingga musim 2011-2012.
Sejak dua pertemuan di semifinal Liga Champions musim 2009-2010, ketika banyak cerita guyon menyebut jika kemenangan Mourinho atas Pep Guardiola ketika itu karena bantuan gunung api Eyjafjallajokul di Islandia, terbukti dengan lebih banyaknya Real Madrid menyerah dari Barcelona di La Liga.
Total, Pep meladeni Mou sebanyak sembilan kali di sepak bola Spanyol selama dua musim. Di La Liga, Pep menang dua kali, satu kali imbang, dan Mou mencatat kemenangan satu kali.
Dalam dua musim, Barcelona memenangi gelar di musim 2010-2011 dan Real Madrid musim berikutnya. Di Copa del Rey, Mou mempecundangi Pep di final musim 2010-2011 lewat gol tunggal Cristiano Ronaldo.
Musim berikutnya dalam dua leg perempat final, giliran Pep yang digdaya lewat agregat 5-4. Dua kali pertemuan di Liga Champions di musim 2010-2011, juga untuk keunggulan Pep lewat kemenangan di Santiago Bernabeau dan imbang di Camp Nou. Bicara prestasi,sang master taktik menang atas sang raja pragmatis.
Keberuntungan Mourinho
Lalu bagaimana dengan pertemuan perdana mereka di Premier League – liga yang dianggap terkaya dengan persaingan yang paling ketat – hari ini?
Ditilik dari tiga pertandingan perdana kedua klub sebelum jeda internasional, kedua klub Manchester ini bersama Chelsea mencatat hasil sempurna. Jadi akan tetapkah laga pragmatis versus taktis berjalan dalam duel Pep vs Mou ini?
Nanti dulu. Jika sering menyebut Mou itu pragmatis, jelas tidak terlihat dalam tiga laga Manchester United di Premier League. Memang hanya 6 gol dibukukan Zlatan Ibrahimovic dkk. Namun, jelas bahwa permainan mereka sangat hidup dibandingkan era David Moyes dan Louis van Gaal,
Tengok saja catatan statistik mereka. Total ada 21 tembakan dilakukan dalam tiga laga. Artinya, rata rata 7 tendangan ke arah gawang lawan, hal yang tidak pernah dilakukan oleh Setan Merah dalam tiga musim terakhir.