Pernyataan dua pejabat teras PSSI itu dicatat publik sepak bola sebagai janji. Yang perlu diwaspadai, seperti sering mereka lakukan, PSSI bermain dengan aturan dan janji-janji.
Kongres Tahunan 2010 di Bandung merekomendasikan PSSI memberantas mafia wasit, praktik suap, dan pengaturan skor laga kompetisi. Meski telah membentuk satuan tugas, PSSI gagal melaksanakan rekomendasi itu.
Tanda-tanda untuk bermain aturan itu telah muncul. Mulai dari ucapan Nugraha yang menyatakan penetapan jadwal pemilihan Ketua PSSI itu akan diputuskan Komite Eksekutif yang diketuai Nurdin hingga pernyataan Munzir yang menyebutkan agenda pemilihan Ketua PSSI bisa dilakukan kapan pun sepanjang 2011.
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, pengurus PSSI kerap mengacu pada ”surat sakti” Sekjen FIFA Jerome Valcke tanggal 6 Maret 2009 yang menyatakan, ”...FIFA can agree to allow PSSI’s current leadership to continue its work for the end of the present mandate which shall expire in the year 2011.”
Tiadanya penyebutan tanggal dan bulan dalam surat Valcke itu yang ingin dimanfaatkan pengurus PSSI untuk bermain aturan.
Bukan rahasia lagi, ada upaya menjadwalkan pemilihan Ketua PSSI pada akhir 2011 dengan menjadikan pencapaian timnas U-23 di SEA Games bulan November sebagai pertaruhan jabatan.
Jika benar itu yang mereka putuskan dan diamini peserta kongres kali ini, bukan saja telah memilih jalan terjal dan akan terus menjadi bulan-bulanan kritik publik, PSSI juga mencederai aturan Pasal 41 Ayat 1 Statuta PSSI soal masa jabatan empat tahun Ketua PSSI, tidak kurang tidak lebih.
Di luar hal tersebut, muncul juga kecurigaan yang dilontarkan Ketua Aliansi Suporter Indonesia (ASI) Partoba Pangaribuan bahwa kongres ini dijadikan ajang menetapkan kembali kepengurusan PSSI di bawah Nurdin Halid.
”Semuanya patut dicurigai. PSSI bisa saja bersandiwara untuk menetapkan kembali Nurdin Halid sebagai ketua umum periode nanti (2011- 2015),” katanya. Kecurigaan ASI punya dasar sejarah, yakni Munas 2007 di Makassar yang agenda awalnya meratifikasi statuta baru dibelokkan jadi ajang pemilihan Ketua PSSI, insiden sejarah yang membuat PSSI berurusan dengan FIFA.