JAKARTA, KOMPAS.com - Barcelona, bagi pesepak bola anggota tim nasional senior Indonesia, Evan Dimas, meninggalkan ingatan yang tak lekang.
"Iya. Saya pernah (berlatih) di Barcelona," kata pria asal Surabaya ini di kawasan di Stadion Sepak Bola GOR Sumantri Brodjonegoro, Jakarta, Sabtu (11/1/2019).
Evan Dimas, kelahiran 13 Mei 1995, tercatat dua kali bertandang dan tinggal di Barcelona.
Pada 2012, dirinya terpilih mewakili Indonesia dalam ajang pencarian bakat sepak bola The Chance.
Kegiatan itu disponsori oleh perusahaan perlengkapan olahraga asal Negeri Uwak Sam (US).
Nyaris setengah bulan, mantan murid Sekolah Sepak Bola (SSB) Sasana Bhakti periode 2005-2007 tinggal di Barcelona mulai 15 Agustus 2012.
Karib Evan Dimas pada kesempatan itu adalah Faris Ramli.
Faris adalah pesepak bola anggota timnas Singapura.
Lantas, kesempatan kedua ke Barcelona terlaksana pada awal 2016.
Kala itu, mantan penggawa klub Barito Putra tersebut mengikuti pelatihan di klub RCD Espanyol B.
Empat bulan lamanya, Evan Dimas yang sejak kelas 4 sekolah dasar (SD) mulai bermain sepak bola menempuh pelatihan di RCD Espanyol B.
"Nah, di Barcelona itulah, saya satu-satunya yang tidak bisa berbahasa Inggris," kata Evan Dimas yang dalam kesempatan ini menjadi pembicara dalam sesi pemberian motivasi pada babak final Biskuat Academy 2019.
Biskuat Academy 2019, kata Head of Biscuit Mondelez Indonesia Maggie Effendy, dalam kesempatan itu, adalah ajang kompetisi sepak bola untuk kelompok umur 10 (U-10) dan umur 12 (U-12).
Pendidikan penting
Lantaran kepentok tak bisa berbahasa Inggris di negeri asing itulah, lanjut Evan Dimas, dirinya memahami bahwa pendidikan itu penting bagi pesepak bola.
"Tadinya, saya berpikir bahwa pendidikan itu nomor dua. Yang penting sepak bola," ujar Evan Dimas.
"Sekarang, ternyata, pendidikan harus seimbang dengan (cita-cita) sepak bola," kata Evan yang selalu meminta doa restu ibunya untuk menjadi pesepak bola yang punya prestasi bagus.
Sementara itu, Maggie menerangkan ada 384 tim sekolah sepak bola (SSB) yang ikut serta pada kegiatan yang menggandeng juga Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ini.
Tim-tim itu terjaring dari kota-kota yakni Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Malang, Surabaya, Badung (Bali), dan Tabanan (Bali).
Pada babak final, ada 16 SSB yang saling bertanding memperebutkan gelar juara.
Ke-16 SSB itu adalah Remedial Wirosari Purwodadi (Semarang), Anker Kediri Tabanan (Bali), Juanda Merah (Surabaya), Setia (Bandung), Medco (Palembang), Sporting Klumpang Putra (Medan), Garuda Wisnu Bali (Malang), Bangunkerto Yogya (Semarang), Badak Putra Buduk Badung (Bali), AGI (Malang), Muda Sebaya Rambong Sialang (Medan), Tajimalela (Jakarta), Uni B (Bandung), Putra Koga Lampung (Palembang), Kemayoran Prima 17 (Jakarta), dan Indonesia Soccer Academy (ISA) Sidoarjo (Surabaya).
Penyelenggara juga melibatkan Evan Dimas untuk memberikan motivasi dan pelatihan singkat bagi para peserta.
Tercatat juga nama-nama anggota timnas usia kelompok umur U-19 yang disertakan pada program tersebut yakni Amiruddin Bagas Kaffa, Sutan Diego Armando Zico, Mochammad Yudha Febrian, dan Drey Buyung Panyalay.
Maggie juga menyebut nama pelatih nasional Indra Sjafri dan legenda hidup sepak bola Indonesia Kurniawan Dwi Yulianto pada program itu.
Pertandingan-pertandingan babak final itu berlangsung di Stadion Sumantri Brodjonegoro sampai dengan Minggu (12/1/2020).
"Ini adalah yang pertama kali bernama 'Biskuat Academy' untuk sepak bola," tutur Maggie.
Menurut Maggie, antusiasme anak-anak untuk berlaga pada kegiatan tersebut lumayan tinggi.
https://bola.kompas.com/read/2020/01/12/08080068/evan-dimas-dan-bahasa-inggris-di-negeri-asing