KOMPAS.com - Para pejabat FIFA akan mengunjungi Iran, menyusul kematian seorang penggemar wanita akibat membakar dirinya.
Wanita tersebut membakar dirinya sebagai protes atas penangkapannya karena menghadiri pertandingan sepak bola.
Baca juga: Kabar Messi Tak Perpanjang Kontrak di Barca demi Piala Dunia 2022
Sahar Khodayari yang dijuluki sebagai “Blue Girl” karena menjadi penggemar berat tim sepak bola Esteghlal yang identik dengan seragam biru meninggal akibat bunuh diri.
Khodayari meninggal di rumah sakit pada Senin (10/9/2019), setelah melakukan bunuh diri dengan membakar dirinya ketika berada di pengadilan dalam dakwaan atas dirinya yang nekat menonton pertandingan sepak bola dengan menyamar sebagai pria.
Iran's #BlueGirl, who set herself on fire after she was arrested for trying to enter a football stadium, has died. Iran is the only country in the world that bans & punishes women for seeking to enter stadiums. We call for this discriminatory ban to end. https://t.co/CNrmRIIjKk
— Amnesty International (@amnesty) September 10, 2019
Setelah enam bulan menjalani perawatan di rumah sakit, Khodayari akhirnya meninggal.
Di Iran memang terdapat sebuah aturan di mana para perempuan dilarang untuk menonton pertandingan.
Namun hal tersebut tidak berlaku bagi para perempuan berkewarganegaraan asing.
Baca juga: Spanyol Jumpa Argentina di Final Piala Dunia Basket 2019
Hal ini menjadi persoalan yang dianggap sebagai bentuk diskriminasi terhadap kaum wanita di Iran.
Setelah kematian Khodayari kemarahan justru makin menyebar luas di Iran termasuk beberapa media internasional yang mendengar berita tersebut.
Bahkan ada ajakan di media sosial agar federasi sepak bola Iran dihukum oleh FIFA.
Beberapa tokoh ternama seperti musisi lokal Arash Sobhani, Kapten Iran Mahsoud Shojaeni, serta Mantan kapten Australia dan aktivis HAM Craig Foster turut menyayangkan diskriminasi kaum wanita yang terjadi di Iran.
The death of #BlueGirl must not be in vain. #Iran is the only country in the world that stops and punishes women for entering football stadiums. This ban must end immediately. https://t.co/z63u2DH3kq
— Amnesty UK (@AmnestyUK) September 10, 2019
Jesper Moller, Presiden Federasi Sepak Bola Denmark, dan anggota panitia kompetisi FIFA, mengatakan bahwa ia mengharapkan tindakan dari badan pengatur.
“FIFA memiliki sistem disiplin independen dan mereka akan melihatnya. Saya akan membiarkan mereka,” ungkap Moller
“Begitu mereka telah memberikan vonis, mungkin saja kasus tersebut berakhir dengan pengadilan olahraga internasional, tapi itu harus dihukum jelas, ”sambung pria, yang juga anggota komite eksekutif UEFA Eropa.
Mendapat kecaman dari dunia internasional, Kepala staf Presiden Iran Hassan Rouhani memberikan pernyataan hari Rabu lalu.
Baca juga: Rapor Wakil Asia Tenggara di Kualifikasi Piala Dunia 2022