Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2014, 08:05 WIB
Ary Wibowo

Penulis

KOMPAS.com - Kekalahan adalah bagian dari permainan sepak bola. Akan tetapi, siapa yang bisa menerima kekalahan itu dengan lega? Justru, biasanya baik para pemain, pelatih, suporter atau penikmat sepak bola menolak kekalahan yang menimpa tim kesayangan mereka.

"Kalau dilihat dari hasil saya sangat kecewa karena kami seharusnya bisa lolos ke semifinal. Hasil ini begitu menyakitkan karena saya benci kekalahan." Begitu diungkapkan mantan pelatih tim nasional Indonesia, Anatoly Fyodorovich Polosin setelah timnas dikalahkan Tiongkok 1-3 di ajang penyisihan grup Pesta Bola Merdeka 1991 Malaysia. (Kompas, edisi 13 Februari 1991).

Pesta Bola Merdeka kala itu dijadikan persiapan timnas Indonesia menghadapi SEA Games 1991 Filipina. Beban di pundak Polosin yang ketika itu dibantu oleh Vladimir Urin, dan Danurwindo memang cukup berat karena Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menargetkan medali emas SEA Games.

Namun, dari pengalamannya Polosin juga tahu bahwa sering pula kekalahan justru dapat menjadi sumber inspirasi mengolah diri dan menggali motivasi baru bagi kemenangan yang lebih besar di laga berikutnya. Maka dari itu, pelatih asal Rusia tersebut pun memutar otak mencari cara meramu skuad timnas Indonesia.

Sebelum turnamen SEA Games berlangsung, Polosin sempat mengutarakan, ada beberapa faktor yang harus diperbaiki dunia sepak bola Indonesia. Salah satunya adalah masalah fisik, pengalaman pemain serta keyakinan para pemain untuk memenangkan setiap pertandingan yang dilakoninya.

"Kalau memang mau maju maka para pemain Indonesia harus lebih sering bertemu dengan tim-tim luar negeri. Jangan harap dengan persiapan singkat, Indonesia lalu bisa mempunyai sebuah kesebelasan hebat," kata Polosin.

Di tengah beberapa masalah yang menghinggapi kompetisi sepak bola Indonesia, Polosin tetap mampu meracik skuad timnas dengan disiplin tinggi serta komposisi pemain yang tepat. Alhasil, medali emas SEA Games 1991 pun akhirnya berhasil diraih setelah mengalahkan Thailand 4-3 dalam adu penalti setelah bermain 0-0 hingga babak tambahan.

Setelah torehan emas di Manila itu, hingga saat ini Indonesia belum pernah kembali merasakan euforia juara. Namun, ada secercah harapan ketika timnas U-19 meraih gelar AFF 2013 serta lolos ke putaran final Piala Asia U-19 2014. Bahkan, Evan Dimas dan kawan-kawan mampu menaklukkan Korea Selatan 3-1 dengan perkasa di Jakarta.

Persiapan
Atas kesuksesan timnas U-19 itulah, PSSI mulai bereaksi. Mulai dari Tur Nusantara hingga rangkaian turnamen-turnamen internasional dipersiapkan untuk dijadikan ajang uji coba. Tetapi, menengok performa timnas U-19 di beberapa laga terakhir, mulai muncul kekhawatiran dan pertanyaan, apakah mereka bisa kembali mendulang prestasi di Piala Asia?

Pertanyaan itu tidak terlepas dari hasil buruk timnas U-19 di turnamen Hassanal Bolkiah 2014. Dalam turnamen tersebut, timnas U-19 tidak lolos ke putaran berikutnya setelah menelan tiga kekalahan secara berturut-turut melawan Brunei Darussalam (1-3), Vietnam (1-3), Kamboja (1-2), sekali meraih hasil imbang (0-0 Malaysia), dan hanya sekali memetik kemenangan (6-0 Singapura).

Sebelum turnamen Hassanal Bolkiah berlangsung, sempat muncul perdebatan ketika PSSI secara tiba-tiba mengubah rencana uji coba timnas U-19 yang awalnya dipersiapkan mengikuti turnamen COTIF di Valencia, Spanyol. Padahal, dari segi pengalaman, turnamen tersebut cukup bermanfaat karena diikuti oleh sejumlah tim kuat seperti tim junior Barcelona, tim junior Valencia, serta tim nasional U-20 Brasil, Argentina, Ekuador, dan Tiongkok.

Namun, akhirnya PSSI justru mengirimkan skuad "dadakan" timnas U-21 ke COTIF dan timnas U-19 diikutsertakan ke turnamen Hassanal Bolkiah. PSSI beralasan waktu tanding selama 2 x 35 menit di turnamen COTIF mengurangi esensi permainan karena di Piala Asia, skuad Garuda Jaya bakal bermain waktu normal 2 x 45 menit.

"Memang keputusan ini harus dilalui dengan diskusi yang cukup serius di kami. Menyangkut teknis, di Brunei kita bertanding melawan seluruh negara, berbeda dengan di COTIF yang ada negara dan beberapa klub," kata Sekretaris Jenderal PSSI, Joko Driyono.

Namun, keputusan PSSI itu pun harus dibayar mahal dengan hasil yang tercipta di Brunei. Hasil itu dinilai bakal merusak mental Evan Dimas dan kawan-kawan. Jika melihat dari segi mental, menurut mantan anggota Exco PSSI, Bob Hippy, "lebih baik" menuai hasil buruk di turnamen yang diisi tim sekelas Barcelona, Valencia, Brasil, Argentina ataupun Ekuador ketimbang Myanmar, Kamboja ataupun Brunei.

"Pemain U-19 harus memulihkan mental untuk mengembalikkan kepercayaan diri. Posisi timnas U-19 saat ini dilema. Kekalahan kemarin menimbulkan reaksi negatif, menekan bukannya membangun. Ini yang harus diperhatikan oleh PSSI beserta tim pelatih," ujar Bob Hippy.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Internasional
Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Liga Indonesia
Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Liga Indonesia
Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Liga Indonesia
Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Liga Indonesia
Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Sports
Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Badminton
Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Liga Indonesia
5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

Timnas Indonesia
Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com