Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2014, 08:05 WIB
Ary Wibowo

Penulis

Strategi
Dalam dunia sepak bola dikenal istilah bahwa the best team is the winning team. Bagaimanapun permainan sebuah kesebelasan itu, kalau dengan taktik yang tepat mereka bisa memenangkan pertandingan pada akhirnya semua itu akan terasa hebat. Sebaliknya bagaimanapun hebatnya permainan sebuah tim, kalau akhirnya mereka kalah, semua itu tidak ada artinya.

Ingat, bagaimana tim sekelas Parma bisa mengalahkan AC Milan pada Piala Super Eropa 1993. Semua orang langsung mengagung- agungkan nama Parma meski secara permainan harus diakui mereka jauh di bawah Roberto Donadoni dan kawan-kawan. "Jika kamu menang, kamu adalah seorang dewa, jika kamu kalah, kamu adalah ketiadaan belaka." Begitu kata Nevio Scala, pelatih Parma kala itu.

Berbicara taktik permainan untuk meraih kemenangan, rasanya tepat jika masalah itu kini dialamatkan untuk pelatih timnas U-19, Indra Sjafri. Problematika itu pun cukup beralasan, mengingat, Indra terkadang hanya terpaku dengan formasi 4-3-3. Hingga saat ini belum terlihat skema alternatif yang digunakan oleh Indra, meski beberapa kali terlihat melakukan perubahan komposisi pemain dalam beberapa laga uji coba.

Dalam berbagai uji coba, timnas U-19 memang mengandalkan pengutamaan penguasaan bola. Bahkan, ada yang bilang bahwa permainan skuad Garuda Jaya mirip dengan taktik tiki-taka yang diperagakan Barcelona atau timnas Spanyol, meskipun Indra beberapa kali membantah anggapan tersebut.

Namun, jika memang benar filosofi penguasaan bola khas tiki-taka itu yang mengilhami Indra, rasanya pelatih asal Sumatera Barat itu bisa menggarisbawahi bahwa satu-satunya nilai dalam permainan sepak bola adalah gol. Toh, seorang Pep Guardiola pun tak berdaya jika menerapkan taktik tiki-taka tanpa naluri seorang striker yang tajam serta gelandang-gelandang yang kreatif dalam timnya.

Saat menghadapi Real Madrid di leg pertama semifinal Liga Champions 2013-14, Bayern Muenchen menguasai bola sebanyak 63 persen. Namun, hasil akhirnya justru Bayern-lah yang tersingkir dengan agregat 0-5. Pun halnya, Spanyol yang hancur lebur di Piala Dunia 2014 Brasil. Hasil itu sekaligus menandakan bahwa sudah ada obat mujarab untuk mengatasi skema yang mengutamakan penguasaan bola.

Dalam sepak bola modern seperti sekarang, di mana pressure football kembali mendominasi, kreativitas gelandang dan naluri striker sangat penting. Barcelona punya Andres Iniesta dan Xavi Hernandez, tetapi ketika aliran bola dari kedua gelandang itu macet, mereka memiliki seorang Lionel Messi yang ketajaman serta kreativitasnya dalam membongkar pertahanan lawan sudah tidak perlu ditanya lagi.

Memang, melihat ke belakang, penyelesaian akhir menjadi masalah klasik bagi timnas Indonesia. Hampir seluruh level usia, tidak hanya di timnas U-19, kreativitas dan naluri pemain di lini depan menjadi barang langka. Lihat saja penampilan timnas U-19 pada awal keikutsertaan mereka di Piala AFF.

Tetapi, beruntung bagi Indra, para pemain skuad U-19 memiliki kemampuan fisik dan VO2Max di atas rata-rata. Kemampuan itu pun seharusnya bisa dimaksimalkan untuk membenahi transisi menyerang dan bertahan yang selama ini juga menjadi titik lemah skuad Garuda Jaya. Jika masalah itu bisa teratasi, maka peranan mata, otak, fisik, teknik dan koordinasi antar pemain di lini tengah dan depan akan semakin mantap untuk memaksimalkan setiap kesempatan membuat gol.

Harapan
Atas berbagai masalah tersebut, kini harapan besar publik sepak bola Indonesia akan kembali tertanam di benak para pengurus serta tim pelatih timnas U-19. Harus ada keseriusan dari mereka di waktu yang mepet ini untuk membenahi agar Indonesia bisa kembali berprestasi. Ratusan juta masyarakat Indonesia sudah bosan atas berbagai alasan yang dikumandangkan jika timnas menuai kegagalan.

Kekalahan adalah hal biasa dalam permainan sepak bola. Akan tetapi, sama seperti pemikiran Polosin, kekalahan itu harus pula dijadikan sumber inspirasi dan motivasi untuk meraih meraih kemenangan di laga-laga besar berikutnya. Toh, selama ini yang terjadi dalam dunia sepak bola Indonesia, belum ada bukti nyata kegagalan bisa dijadikan pelajaran berharga oleh para pengurus-pengurus sepak bola.

Memang masyarakat Indonesia sempat berpesta melalui torehan Timnas U-19 di Piala AFF U-19 2013. Namun, apakah raihan saat itu murni hasil kerja keras PSSI dalam mempersiapkan tim juara? Tidak. Sejatinya, itu adalah keikhlasan Indra Sjafri ketika mengumpulkan talenta-talenta muda ke polosok negeri.

Setelah gagal lolos kualifikasi Piala Asia U-16 2012, Indra—yang masih berstatus sebagai pelatih U-16—mencoba cara baru untuk mencari pemain-pemain pilihannya. Menurut Indra, kegagalan pada kualifkasi tersebut karena PSSI hanya menyodorkan pemain pilihannya, tidak yang diinginkan oleh tim pelatih.

''Belajar dari kegagalan itu, saya berinisiatif sendiri mencari pemain ke segala penjuru Tanah Air,'' ungkap Indra.

Piala Asia U-19 sudah semakin dekat. Turnamen itu pun harus dijadikan momentum PSSI untuk berbenah. Sekali lagi, kurang logis jika pelatih dan pemain disalahkan jika timnas menuai kegagalan di lapangan. Tanggung jawab prestasi ini sepenuhnya ada di pundak para pengurus PSSI karena mereka adalah pihak yang bertanggungjawab mengurus pembinaan, persiapan, kompetisi, penyediaan fasilitas, hingga pendanaan.

Oleh karena itu, berkaca kepada hasil timnas U-19 di Brunei serta harapan di Piala Asia 2014 agar mimpi bermain di Piala Dunia bisa diraih negeri ini, masyarakat Indonesia pun kini pantas bertanya, "Mau gagal lagi, PSSI?"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jadwal Indonesia Vs Uzbekistan pada Semifinal Piala Asia U23 2024

Jadwal Indonesia Vs Uzbekistan pada Semifinal Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Turnamen Basket Mandiri 3x3 Indonesia, Antusiasme Peserta di Medan

Turnamen Basket Mandiri 3x3 Indonesia, Antusiasme Peserta di Medan

Sports
Hasil Real Sociedad Vs Madrid 0-1, Sinar Arda Gueler Bawa Los Blancos Menang

Hasil Real Sociedad Vs Madrid 0-1, Sinar Arda Gueler Bawa Los Blancos Menang

Liga Spanyol
Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Internasional
Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Liga Indonesia
Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Liga Indonesia
Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Liga Indonesia
Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Liga Indonesia
Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Sports
Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Badminton
Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Liga Indonesia
5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

Timnas Indonesia
Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com