Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membayangkan Marco Reus Bahagia...

Kompas.com - 05/05/2024, 06:18 WIB
Vitorio Mantalean,
Firzie A. Idris

Tim Redaksi

Lewandowski boleh jadi bosan juara Liga Jerman bersama Bayern setelah angkat kaki dari Dortmund. Haaland bahkan tak perlu menunggu untuk mencicipi manis trofi Liga Inggris begitu hijrah ke Manchester City asuhan Pep.

Silakan Anda sebut nama-nama lain, tapi niscaya Reus akan memilih badai bersama Dortmund.

Einmal Borusse, fur immer Borusse. Sekali seorang Borussia, selamanya orang Borussia. Ya, terus begitu hingga kita tak menyadari bahwa bocah kurus itu sudah beranak dua.

Dengan usia yang memanggil senja, Reus masih gigih mendorong batu karang ke puncak gunung.

Seperti kisah yang sudah kita hafal betul selama 11 tahun, ia lagi-lagi nyaris berhasil. 

Pertengahan 2023, setelah beberapa pekan mengamankan puncak klasemen, seisi penghuni Kota Dortmund ancang-ancang menggelar pesta di Borsigplatz guna merayakan akhir dahaga gelar Liga Jerman.

Hanya butuh satu kemenangan pamungkas untuk meruntas haus yang kadung mendemam 11 tahun lamanya. Kemenangan itu tak pernah tiba. Bayern yang menang. Reus ambruk di lapangan, terisak sejadi-jadinya.

Hatinya jebol oleh luapan pedih yang membawanya pergi meninggalkan ribuan suporter setia yang mengelu-elukan namanya.

Selepas kiamat kecil itu, Dortmund kembali ke titik nol. Lagi. Bersama dengan impian trofi Liga Jerman yang menguap, dalam sunyi, bayangan Reus pun perlahan memudar laiknya hijau pada lampu neon yang baru dipadamkan.

Kini, ia bukan lagi Reus yang gemar mengutak-atik gaya rambutnya. Dengan sisa rambut di kepala serta cinta dan tenaga yang sama tipisnya, ia terus mengerahkan upaya sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya, pada laga ketika Edin Terzic mempersilakannya merumput. Ia belum mau pensiun.

Ia ingin tetap menyepak bola. Masalahnya, ia hanya mampu membayangkan menyepak bola bersama kekasihnya.

Manajemen memberinya perpanjangan kontrak untuknya setahun, hanya setahun, namun itu cukup membuatnya gembira walau mengorbankan banyak hal. Reus dilaporkan memangkas 42 persen gajinya.

Ia pun sudi turun pangkat ke bangku cadangan. Ia juga rela melepas ban kapten—cincin suci yang telah menautkannya dengan batu karang yang ia cintai mati-matian.

Ini semua semestinya menyadarkan kita bahwa perceraian keduanya bukan lagi tak bisa dibayangkan. Dan kemarin, kabar buruk itu menjelma nyata seperti burung gagak hitam bertengger di jendela.

“Klub dan saya telah mengambil keputusan untuk tidak memperpanjang kontrak saya,” ucap gelandang 34 tahun itu dalam video pengumuman klub.

 “Masih tersisa beberapa kesempatan kita untuk bertemu, kok.” Dari kata-katanya, jelas ia coba menenangkan fans, bantu menata puing-puing hati mereka yang runtuh oleh gempa ini, kendati kita juga tahu betul hati Reus remuk dan tak kalah redam.

“Kita ingin ke Wembley, kita ingin bawa pulang trofi Liga Champions itu ke rumah kita,” imbuhnya, menyalakan dian di ujung pintu keluar.

Ia tinggal berjarak dua kemenangan dengan puncak terakhir—juga satu-satunya puncak—yang dapat ia pijak bersama Dortmund, sang mantan kekasih yang hatinya sekeras batu karang.

Pada saat yang sama, sepakbola segera tiba pada ujung sebuah dongeng absurd.

Haruskah seluruh keinginan Reus menguap jadi angan semata dan sejarah hanya menyitir namanya sebagai orang gila kurang kerjaan yang mendorong batu karang ke puncak gunung berulang-ulang?

Kita dan mereka yang betul-betul menyaksikan Reus berdansa di lapangan hijau jelas tak ingin sejarah mengenalnya cuma sebagai pesepak bola yang menang 2 trofi DFB Pokal, ketelingsut di final Liga Champions 2013, dan kalah konyol pada hari terakhir Bundesliga 2022-2023.

Publik sepakbola niscaya tak sudi seandainya sejarah cuma akan mengingatnya Reus sebagai bintang yang batal bersinar di Piala Dunia 2014 karena cedera pada pertandingan yang tak perlu; sebagai kembang mahaindah yang tak pernah mekar sempurna lantaran terus-menerus dihajar badai. Selama ini, sejarah tak pernah mengingat Reus sebagaimana mestinya.

Pada episode pamungkas di depan, kita tentu membayangkan Reus menangis karena suka cita lantaran keinginannya tak lagi semata angan—pada akhirnya kutukan siklikal itu tuntas, ia berhasil mengantar batu karang ke puncak gunung.

Namun, apa jadinya bila yang terjadi justru hanya penegasan atas kesia-siaan abadi yang selama ini dijalaninya dengan patuh? 

Barangkali, pertanyaan itu malah tidak relevan. Kita tidak pernah tahu, tapi jikapun Dortmund gagal lagi, anggap saja Reus berbahagia. 

Toh, “perjuangan itu sendiri,” ucap Camus, “sudah cukup untuk mengisi hati manusia.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polandia Vs Belanda 1-2: Ketika Oranje Menang Tanpa Pemain Ajax...

Polandia Vs Belanda 1-2: Ketika Oranje Menang Tanpa Pemain Ajax...

Internasional
Hasil Polandia Vs Belanda: Weghorst 'Supersub', De Oranje Menang 2-1

Hasil Polandia Vs Belanda: Weghorst "Supersub", De Oranje Menang 2-1

Internasional
Persebaya Mulai Persiapan Menuju Liga 1 2024-2025, Rencana Munster

Persebaya Mulai Persiapan Menuju Liga 1 2024-2025, Rencana Munster

Liga Indonesia
Italia Selamat dari Pukulan 23 Detik, Kata-kata Del Piero Terbukti, Pujian Totti

Italia Selamat dari Pukulan 23 Detik, Kata-kata Del Piero Terbukti, Pujian Totti

Internasional
Polandia Vs Belanda: Polisi Amankan Pria Berkapak yang Ancam Fan

Polandia Vs Belanda: Polisi Amankan Pria Berkapak yang Ancam Fan

Internasional
Link Live Streaming Polandia Vs Belanda, Kickoff 20.00 WIB

Link Live Streaming Polandia Vs Belanda, Kickoff 20.00 WIB

Internasional
Nirgelar di Bayern Muenchen, Kane Makin Lapar Raih Trofi Euro 2024

Nirgelar di Bayern Muenchen, Kane Makin Lapar Raih Trofi Euro 2024

Internasional
Rekap Final Australian Open 2024, Gelar Super 500 Perdana Ana/Tiwi

Rekap Final Australian Open 2024, Gelar Super 500 Perdana Ana/Tiwi

Badminton
Eks Pemain Spanyol Puji Lamine Yamal, Ungkit Lionel Messi

Eks Pemain Spanyol Puji Lamine Yamal, Ungkit Lionel Messi

Internasional
Hasil Australian Open 2024: Ahsan/Hendra Runner-up, Kalah dari Wakil China

Hasil Australian Open 2024: Ahsan/Hendra Runner-up, Kalah dari Wakil China

Badminton
Perkenalkan Gilson Costa, Tambah Kekuatan Lini Tengah Persebaya

Perkenalkan Gilson Costa, Tambah Kekuatan Lini Tengah Persebaya

Liga Indonesia
Atlet PB Djarum Tampil Dominan pada Graha Padma Wali Kota Cup 2024

Atlet PB Djarum Tampil Dominan pada Graha Padma Wali Kota Cup 2024

Badminton
Hasil Australian Open 2024: Bekuk Wakil Malaysia, Ana/Tiwi Juara!

Hasil Australian Open 2024: Bekuk Wakil Malaysia, Ana/Tiwi Juara!

Badminton
Hasil Final Australian Open 2024: Berjuang Tiga Gim, Ester Runner-up

Hasil Final Australian Open 2024: Berjuang Tiga Gim, Ester Runner-up

Badminton
Malut United Resmi Rekrut Duo Kembar Yakob dan Yance Sayuri

Malut United Resmi Rekrut Duo Kembar Yakob dan Yance Sayuri

Liga Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com