KOMPAS.com - Minat suporter Persebaya Surabaya, Bonek menyaksikan pertandingan Liga 1 2023-2024 di Stadion Gelora Bung Tomo Surabaya, Jawa Timur, turun drastis.
Bahkan, musim ini Persebaya merasakan dua rekor kehadiran suporter paling sedikit di laga kandang dalam sejarah kembalinya klub ke kompetisi kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Liga 1.
Catatan kehadiran suporter terendah terjadi pada laga pekan ke-6 melawan Persikabo 1973. Tercatat tiket yang terjual hanya mencapai 1.601 saja.
Kedua terendah terjadi pada laga pekan ke-8 melawan Persita Tangerang yang hanya menarik 3.012 orang untuk membeli.
Sementara, laga-laga lain juga tidak kalah memprihatinkan. Pada pekan ke-9 melawan PSM Makassar, hanya 5.078 lembar tiket terjual. Begitu pula dengan laga tunda pekan ke-18 melawan Persis Solo di mana hanya terjual 5.250 tiket.
Baca juga: Datang dengan Ekspektasi Tinggi, Striker Persebaya Dihantui Rekor Buruk
Laga pekan ke-4 melawan RANS Nusantara FC tercatat hanya 9.060 tiket terjual. Jumlah tersebut kembali terjadi pada pekan ke-22 melawan Persija Jakarta yang hanya dihadiri 9.180 penonton.
Itu pun kehadiran suporter didominasi oleh suporter tamu yang memutuskan datang ke stadion meski ada regulasi larangan.
Menjadi pemandangan miris karena laga Persebaya melawan Persija adalah salah satu laga big match yang dinantikan oleh penikmat sepak bola Indonesia.
Selanjutnya, laga pekan pekan kedua melawan Barito Putera dihadiri oleh 12.182 penonton. Kemudian laga pekan ke-11 melawan Borneo FC juga mampu menarik perhatian 12.021 orang untuk datang ke stadion.
Baca juga: Segera Punya Pelatih Baru, Persebaya Bakal Pecahkan Rekor
Adapun rekor pertandingan terbanyak terjadi pada laga pekan ke-13 saat menjamu Arema FC.
Penjualan tiket ludes mencapai 27.000 tanpa dihadiri suporter lawan. Sejumlah tiket yang disediakan panpel sesuai dengan kebijakan pembatasan jumlah suporter selama masa transformasi PSSI.
Hal yang sama terjadi pada laga pekan ke-15 melawan Persib Bandung yang dihadiri 21.107 orang.
Catatan-catatan tersebut sangat kontras jika dibandingkan dengan musim sebelum-sebelumnya yang rata-rata dihadiri oleh 28.536 bonek setiap pertandingan.
Pada masa itu, seluruh laga big match melawan Arema FC, Persib Bandung, Persija Jakarta dan laga penutup melawan PSIS Semarang, Stadion GBT hampir selalu full house dihadiri 50.000 Bonek.
Turunnya minat Bonek datang ke stadion ditengarai karena kondisi Persebaya yang inkonsisten.
Tim memiliki misi untuk meraih gelar juara Liga 1 2023-2024 awal musim ini. Sayangnya, enam laga pertama musim tidak berjalan mulus dengan hanya sekali menorehkan kemenangan.
Apalagi, tim tidak mampu memetik kemenangan pada tiga laga kandang pertama.
Situasi semakin buruk karena keputusan pergantian pelatih yang terlalu cepat dari Aji Santoso ke Uston Nawawi dan ke Josep Gombau.
Aji Santoso hanya memimpin enam pekan, Uston Nawawi enam pekan, dan Josep Gombau enam pekan saja.
Itu membuat tim kehilangan ciri khas permainan karena filosofi tiap pelatih yang berbeda-beda.
Akibatnya, Persebaya saat ini tim menempati posisi ke-13 klasemen sementara dengan perolehan 26 poin hasil dari 6 kali menang, 8 kali seri, dan 8 kali kalah.
Pelatih Persebaya Uston Nawawi mengungkapkan ini merupakan fenomena yang normal.
Ia tidak mau menyalahkan Bonek yang tidak mau memberikan dukungan, namun justru mawas diri mencari alasan mengapa Bonek jadi enggan datang ke stadion.
“Ya semuanya ada hukum sebab akibat kalau prestasi tim turun ya suporter animonya turun itu hal wajar,“ ujar legenda hidup Persebaya itu.
Bangkit dan menang menjadi satu-satunya solusi untuk masalah ini. Berdasarkan pengalaman ketika Persebaya bermain bagus maka Bonek tidak akan berpikir dua kali untuk meramaikan stadion.
“Mudah-mudahan kita cepat bangkit intinya di situ,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.