Dengan harapan, tragedi ini bisa menjadi pembelajaran bersama.
"Jangan sampai istilahnya Tragedi Kanjuruhan ke depannya terulang lagi," tuturnya.
Ia berhak marah sebab kelalaian yang dilakukan para terdakwa menyebabkan tragedi yang mengubah hidupnya.
"Memang masalah Tragedi Kanjuruhan trauma yang kami dapati kehilangan anak. Sampai kapan pun tidak akan lupa," kata pria asal Turen, Kabupaten Malang, itu.
"Tragedi ini memilukan dan tanggung jawab aparat atau pemerintahan ke keluarga korban tidak sebanding," ucapnya.
Ia juga menyayangkan keputusan renovasi stadion yang dilakukan. Menurut dia, proses peradilan masih belum selesai tetapi Stadion Kanjuruhan yang menjadi TKP dan berkumpulnya barang bukti justru dibongkar.
Ia pun tidak simpatik dengan rencana dibangunnya monumen peringatan di Gate 13.
Baca juga: Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan: Kontroversi, Kejanggalan, dan Janji Keadilan
"Masalah itu (monumen) urusan pemerintah. Selesaikan dulu permasalahan (hukum), baru terserah maunya pemerintah seperti apa. Selesaikanlah Tragedi Kanjuruhan ini seadil-adilnya baru yang lain," katanya.
Selain itu, Tragedi Kanjuruhan juga membuat pandangannya terhadap sepak bola menjadi tak lagi sama.
Bambang Lismono menceritakan, ia adalah orang yang memperkenalkan sepak bola, khususnya Arema, kepada almarhumah.
Ia dulu gemar menyaksikan Singo Edan berlaga walaupun tidak pernah datang ke stadion secara langsung. Sejak kejadian ini, ia mengaku sudah tidak bergairah menyaksikan pertandingan sepak bola.
Mewakili keluarga korban yang lain, ia berharap peringatan satu tahun ini mengobarkan kembali semangat memperjuangkan keadilan. Keluarga masih berjuang untuk mendapatkan keadilan yang diinginkan.
Baca juga: Perubahan Penting Stadion Kanjuruhan, Renovasi dan Revitalisasi Dimulai
"Ya untuk 1 tahun ini kami ikhtiar dan prihatin dengan proses hukum," kata Bambang.
"Di sini tiap bulan ada agenda, Sabtu Kliwonnya pasti keluarga korban kumpul di sini. Sudah diagendakan seperti itu," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.