Selain itu mendorong keterlibatan para olympian dalam komunitas olahraga, misalnya sebagai pelatih, mentor, atau advokat olahraga. Ini akan memberi para olympian perasaan terhubung dan berkontribusi pada generasi muda.
Ketiga, layanan kesehatan. Akses yang baik ke pelayanan kesehatan dan asuransi kesehatan sangat penting. Karena ini yang banyak membantu mengurangi beban finansial jika para olympian menghadapi masalah kesehatan pada masa tua.
Dalam konteks ini, selain negara, partisipasi masyarakat terutama dunia usaha lewat Corporate Social Responsibility (CSR) yang dialokasikan kepada olympian tentu saja akan sangat membantu.
Melibatkan sektor swasta dalam mendukung atlet dan olympian melalui sponsor, beasiswa, dan program pengembangan lainnya tentu akan sangat berarti, dan merupakan ciri civil society yang telah maju dan peduli olahraga.
Keempat, dukungan psikologis. Ini juga merupakan satu hal penting, karena bagaimana pun, sebagai manusia biasa, transisi dari karier olahraga yang aktif ke kehidupan selama pensiun, kerap sulit secara emosional bagi sejumlah atlet.
Dukungan psikologis, termasuk konseling dapat membantu para atlet atau olympian mengatasi perubahan yang mereka hadapi itu dengan lebih baik.
Kelima, perundang-undangan dan kebijakan. Sandaran regulasi atau peraturan sebagai wujud affirmative action buat para atlet nasional atau olympian yang telah mengharumkan nama bangsa dan negara, adalah sesuatu yang mesti dilakukan.
Membuat regulasi dan kebijakan yang mendukung atlet, seperti perlindungan hak-hak atlet atau para olympian agar mendapat perlakuan adil, dan program pensiun adalah sesuatu yang kedepan perlu segera diupayakan, atas usulan publik, pemerintah, maupun inisiatif dari legislatif.
Semua pendekatan di atas harus dilakukan secara kolektif dan holistik. Dengan adanya penghargaan serta dukungan finansial, kesehatan, emosional, dan karier baru pascapensiun, juga sandaran regulasi yang memadai, tentu akan membantu atlet atau olympian menghadapi masa tua dengan lebih baik.
Ke depan bila dimungkinkan, belajar dari sejumlah negara, perlu diinisiasi suatu gerakan atau platform dalam mendukung para olympian, yang juga dapat menjadi crowdfunding penggalangan dana atau sumbangan serta katalisator untuk memberikan dukungan kepada para olympian Indonesia.
Hal yang tentu menjadi langkah nyata untuk bersama-sama bisa menunjukan perhatian dan kepedulian kepada para pahlawan olahraga.
Dalam soal perhatian dan kepedulian kepada para olympian, kita tentu tidak mau kalah dengan apa yang selama ini sudah ditunjukan sejumlah negara.
Amerika Serikat, misalnya, melalui United States Olympic Committee (USOC), mereka menyediakan berbagai program dukungan kepada mantan atlet olimpiade, termasuk bantuan keuangan, akses ke layanan medis, pelatihan karier, dan dukungan psikologis. Ada juga program pensiun, membantu atlet menyusun rencana keuangan mereka.
Begitu pula Australia, dengan Australian Institute of Sport (AIS) yang memiliki program "Wellbeing and Engagement", mereka mendukung para atlet dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan mental, pendidikan, karier, dan dukungan finansial.
Ada pula program yang membantu para atlet dalam transisi ke kehidupan setelah pensiun dari olahraga.