Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PT LIB Diklaim Belum Bayar Upah Perangkat Pertandingan Liga 1 Sebesar Rp 1,62 Miliar

Kompas.com - 27/04/2023, 20:40 WIB
Faishal Raihan

Penulis

KOMPAS.com - PT Liga Indonesia Baru (LIB) diklaim belum membayar honor alias upah perangkat pertandingan Liga 1 2022-2023. Klaim itu datang dari Save Our Soccer (SOS).

SOS, dalam laporannya, menyebut bahwa honor perangkat pertandingan Liga 1 yang belum yang belum dibayarkan adalah mulai pekan 31 sampai pekan 34. Totalnya mencapai Rp 1,62 miliar.

"Sungguh menyedihkan dan memprihatinkan. Bahkan, ada perangkat pertandingan yang ingin menggadaikan BPKB kendaraan dan surat tanah demi memenuhi kebutuhan keluarga untuk lebaran," kata Koordinator SOS Akmal Marhali, dalam rilis yang diterima Kompas.com pada Kamis (27/4/2023).

"Inilah wajah buruk tata kelola sepakbola Indonesia," imbuh Akmal Marhali.

Berikut rincian honor yang harus dibayarkan (per satu pertandingan):

Baca juga: SOS Temukan Utang PSSI Rp 2,155 Miliar dalam Kompetisi Elite Pro Academy 2022-23

  • Wasit Utama: Rp 10 juta
  • Asisten Wasit 2 orang x Rp 7,5 juta = Rp 15 juta
  • Wasit Tambahan 2 orang x Rp 5 juta = Rp 10 juta
  • Wasit cadangan: Rp 5 juta
  • Match Commisoner: Rp 5 juta

Dari penjumlahan di atas, total biaya yang harus dikeluarkan untuk perangkat pertandingan dalam satu laga adalah Rp 45 juta.

Angka Rp 45 juta kemudian dikalikan 4 (pekan 31-34), lalu dikalikan 9 (jumlah laga per pekan). Didapat hasil Rp 1,62 miliar.

"Entah apa alasan dari PT LIB menunda pembayaran honor  perangkat pertandingan. Tapi, budaya buruk ini tidak boleh terulang kedepan," kata Akmal.

"Penundaan pembayaran honor perangkat pertandingan membuka celah terjadinya pengaturan skor. Baik itu match acting, match setting, maupun match fixing," imbuhnya.

Menelaah jumlah pemasukan uang dari sponsor Liga 1 musim ini seharusnya tidak ada keterlambatan pembayaan. 

Baca juga: Persebaya Dukung Erick Thohir Audit PSSI dan PT LIB

PT LIB dari kompetisi mendapatkan sekitar Rp 370 miliar. Rinciannya, Rp 220 miliar dari hak siar dan Rp 150 miliar dari sponsor BRI. 

Bila setiap klub hanya mendapatkan Rp 5,5 miliar sebagai subsidi, artinya dana yang keluar hanya Rp 99 miliar. Artinya, masih ada Rp 270 miliar. 

"LIB harus membuka laporan keuangannya secara transparan kepada pemilik saham. Kemana saja uang sponsor Liga 1 digunakan dan harus ada langkah hukum bila terjadi penggelapan. Ini demi sepakbola Indonesia yang sehat, profesional an bermartabat," kata Akmal.

Masalah pembayaran perangkat pertandingan Liga 1 ini menambah isu keuangan yang ada di persepakbolaan Tanah Air.

Sebelum ini, SOS juga melaporkan bahwa honor match commisioner dan volunter Elite Pro Academy (EPA) 2022/2023 juga belum dibayarkan.

Baca juga: PT LIB Dukung Transparansi Keuangan

Dukung audit PSSI dan PT LIB

Save Our Soccer mendukung langkah Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengaudit keuangan PSSI dan PT LIB dengan melibatkan dengan firma audit ternama Ernst and Young. 

"Semoga audit yang dilakukan bisa membuka borok sepakbola Indonesia. Kalau sakitnya sudah stadium 4 dan harus diamputasi maka pengurus PSSI harus berani melakukannya. Ini demi kebaikan  sepakbola Indonesia," kata Akmal.

SOS berharap audit yang dilakukan bisa dibuka secara transparan. Apalagi PSSI adalah Lembaga Publik yang menurut Komisi Informasi Publik (KIP) harus terbuka soal keuangan. 

"Contoh FAS (Federasi Sepak Bola Singapura) yang membuka laporan keuangan mereka di situs federasi untuk diketahui publik," Akmal menegaskan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com