Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pilu Tragedi Kanjuruhan: Anak Meninggal Saat Ditinggal Merantau

Kompas.com - 07/01/2023, 22:40 WIB
Suci Rahayu,
Sem Bagaskara

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu menyisakan cerita pilu. Banyak orang tua yang kehilangan buah hatinya dalam bencana sepak bola yang memakan 135 korban jiwa tersebut.

Salah satu kisah yang menyayat hati datang dari Wayut Slamet, orangtua Gabrielle Fenindra Yudha Putra, pemuda 16 tahun yang menjadi salah satu korban meninggal dunia.

Ia tidak pernah menyangka anak kesayangannya harus mendahuluinya dengan cara yang begitu tragis.

Ia dan istrinya sangat terpukul karena tidak memiliki momen terakhir bersama sang putra. Sebab, keduanya sedang dalam posisi merantau di Papua saat Gabrielle Fenindra Yudha Putra meninggal dunia.

Baca juga: Kisah Penyintas Tragedi Kanjuruhan: Diselamatkan Naluri, Evakuasi hingga Pagi

Situasi terasa kian tragis mengingat ia dan istri tidak bisa langsung pulang saat mendengar berita kematian sang putra akibat sarana dan prasarana yang terbatas di sana.

"Jadi posisi anak saya, saya tidak tahu, saya cuma dapat kabar berita bahwa anak saya sudah meninggal Minggu pagi. Karena di Papua tidak seperti daerah lain, untuk menuju pulang harus booking tiket dulu. Akhirnya selang satu hari saya sampai di rumah," ujar pria yang biasa disapa Prengil itu.

Wayut Slamet sama sekali tidak mengetahui apa yang terjadi dengan sang putra sampai meninggal dunia.

Ia juga tidak bicara jauh mengenai perkembangan kasus tragedi Kanjuruhan yang selama ini hanya dipantaunya melalui media sosial.

Masalah hukum dan proses pengusutan juga dirasa terlalu rumit baginya yang tidak pernah menuntaskan sekolah.

Akan tetapi, fakta yang tidak terbantahkan adalah Gabrielle Fenindra Yudha Putra meninggal dengan cara yang tidak wajar. Artinya, ada sebab dan akibat yang menyebabkan kematian.

"Harapan saya sebagai orang tua korban mudah-mudahan yang berwenang atau yang bisa menuntaskan masalah ini dalam jalur hukum semestinya untuk para korban. Sesuai amanah Pak Presiden, usut tuntas," ujarnya dengan berkaca-kaca.

Baca juga: 100 Hari Tragedi Kanjuruhan, Ketuk Pintu Langit demi Keadilan bagi Korban

Fakta lainnya yang ditegaskan olah Wayut Slamet adalah putranya bukanlah satu-satunya korban meninggal di bawah umur.

Banyak anak-anak lain yang harus kehilangan nyawa, padahal mereka tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa.

"Sampai hari ini saya kalau nonton videonya sampai tidak tega. Harapan saya mudah-mudahan dari tim lawyer atau penegak hukum supaya tragedi ini bisa diusut secara tuntas. Biar korban-korban terutama anak-anak tidak mati sia-sia," tutur pria asal Desa Plaosan, Kecamatan Wonosari tersebut.

Kedua orang tua dari korban Tragedi Kanjuruhan Gabrielle Fenindra Yudha Putra yang meninggal sedang berbincang dengan psikolog dirumahnya di Kabupaten Malang, Rabu (12/10/2022) siang. KOMPAS.com/SUCI RAHAYU Kedua orang tua dari korban Tragedi Kanjuruhan Gabrielle Fenindra Yudha Putra yang meninggal sedang berbincang dengan psikolog dirumahnya di Kabupaten Malang, Rabu (12/10/2022) siang.

"Ada jalur hukum yang semestinya. Siapa yang berbuat harus menanggung akibatnya atau ganjaran, atau hukuman sesuai dengan hukum negara kita yang berlaku," tuturnya menambahkan.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com