Walau langkah Jepang masihlah teramat jauh dari laga final, capaiannya menyingkirkan tim berstatistik sefantastis Jerman dari peluang melaju ke babak lanjutan Piala Dunia 2022 tetaplah pelajaran berharga.
Terlebih lagi, Jepang pun justru jadi juara grup, bukannya tim kampiun yang dari awal menjadikan grup E disebut sebagai salah satu grup neraka Piala Dunia 2022.
Baca juga: Piala Dunia 2022: Kontroversi Gol Kedua Jepang, Alasan Sah yang Buat Jerman Gugur
Kutipan Arsene Wenger di awal tulisan ini bisa pula dibaca bahwa peluang haruslah berangkat dari keyakinan tentang kemampuan melakukan terlebih dahulu. Peluang ada bila keyakinan bahwa kita juga bisa melakukannya sudah lebih dulu tertanam.
Buat pecinta manga dan film kartun Jepang, kisah Kapten Tsubasa tentulah teramat familiar. Bahkan ketika nama Jepang tak dipandang sebelah mata di peta sepak bola dunia, cerita Kapten Tsubasa sudah penuh keyakinan dan seolah kisah nyata bahwa mereka punya juara dunia sepak bola.
Indonesia punya populasi lebih dari 280 juta jiwa. Apakah tak ada 11 talenta terbaik untuk menyepak bola bisa ditemukan dari jumlah itu untuk membawa nama Indonesia ke puncak dunia?
Dari populasi, Jepang berpenduduk tak sampai separuh Indonesia. Data kependudukan Jepang hingga 2022 menyebut populasi Nnegeri Sakura ada di kisaran 125 juta jiwa.
Rasanya sungguh sesak ketika sekali-sekalinya nama Indonesia dan kompetisi sepak bolanya mendunia justru karena tragedi yang merenggut lebih dari seratus nyawa, sama sekali bukan tersebab prestasi.
Baca juga: Tragedi Stadion Kanjuruhan: Dari Kronologi hingga Perkara Gas Air Mata
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.